Thomas Alva Edison, Penjual Permen Yang Jadi Konglomerat

Selamat Datang di Blog Materi IPA. Judul Postingan Kali ini tentang Thomas Alva Edison, Penjual Permen Yang Jadi Konglomerat . Semoga bermanfaat untuk dibaca.

Thomas Alva Edison adalah penemu terbesar di dunia, ia telah sukses menemukan sekitar 3.000 penemuan dan 1.093 diantaranya telah dipatenkan. Berbeda dengan penemu lain­nya yang lebih condong menjadi ilmuwan, Edison lebih jauh berpikir tentang kewirausahaan. Hasil penemuannya dipasar­kan dan menjadi pundi-pundi uang yang sangat besar. Perusa­haan raksasa General Electric merupakan hasil dari semangat bisnis Edison yang tinggi.

Edison telah banyak menghasilkan berbagai penemuan yang sangat berharga bagi perkembangan umat manusia. Telegraf cetak, pulpen elektrik, proses penambangan magnetik, tor­pedo listrik, karet sintetis, baterai alkaline, pengaduk semen, mikrofon, transmitter telepon karbon dan proyektor gambar bergerak adalah beberapa dari penemuan Edison.

Thomas Edison juga berjasa dalam bidang perfilman, la menggabungkan film fotografi yang telah dikembangkan George Eastman menjadi industri film yang menghasilkan juta­an dolar seperti saat ini. Dia pun membuat Black Maria, suatu studio film bergerak yang dibangun pada jalur berputar.

Edison memiliki keistimewaan dalam hal ketekunan, ke­mampuan teknis, semangat yang membara, dan jiwa bisnis yang matang, la dilahirkan pada 11 Februari 1847 di Milan, Ohio, Amerika Serikat. Edison adalah anak tukang kayu dan ibunya seorang guru. Kedua orang tuanya adalah keturunan Belanda yang hijrah ke AS.

Saat Edison berusia 7 tahun, ia pindah ke kota Port Huron, Michigan dan bersekolah disana. Saat itu adalah peristiwa yang sangat besar dalam kehidupan Edison, la menerima kenyataan bahwa ia sangat bodoh. Gurunya memanggil Edison dengan nama idiot. Ibu Edison, Nancy Elliot marah besar, la bersumpah akan menjadikan anaknya lebih pintar dari anak-anak seangka­tannya. Sejak saat itu, Edison tidak lagi masuk sekolah, ibunya menjadi guru bagi Edison.

Nancy Elliot memutuskan untuk berhenti sebagai guru dan kemudian berkonsentrasi mengajari Edison baca tulis dan hitung-menghitung.

"My mother was the making of me. She was so true, so sure of me, and I felt I had something to live for, someone I must not disappoint."

Sejak bisa membaca, Edison menjadi sangat haus ilmu. Se­tiap melihat buku, ia ingin melahapnya, la membaca Ensiklope­dia, Sejarah Inggris, Kamus IPA karangan Ure, Principia karan­gan Newton dan juga Ilmu Kimia karangan Richard G. Parker. Kegemarannya yang menonjol adalah membaca, berpikir, dan bereksperimen.

Pada saat itu, ekonomi keluarga Edison masih lemah. Pada umur 12 tahun, Edison menjadi penjual koran, permen, kacang dan kue di kereta api, sama seperti penjual asongan yang sering kita temui di kereta ekonomi di Indonesia. Kereta itu berop­erasi antara kota Port Huron dan Detroit. Hasil dari dagangan­nya, sebagian ia berikan kepada orangtuanya, dan sebagian ia gunakan untuk mengembangkan dagangannya.

Agar waktunya tidak terbuang percuma. Di dalam kereta, Edison meminta izin untuk menggunakan ruang kosong di ger­bang kereta untuk eksperimen. Tak sengaja, Edison menum­pahkan cairan kimia, sehingga gerbong hampir terbakar. Me­ngetahui ini, kondektur marah dan memukul Edison. Sejak saat itu, Pendengarannya cacat. Namun ajaibnya, Edison malah ber­syukur, karena sejak saat itu ia malah mendapat keuntungan sehingga ia malah lebih konsentrasi untuk berfikir dan tidak mendengar omong kosong orang lain.

Tahun 1861 terjadi perang saudara antara negara-negara bagian utara dan selatan. Topik ini menjadi perhatian orang- orang. Thomas Alva Edison melihat peluang ini dan membeli sebuah alat cetak tua seharga 12 dolar, kemudian'mencetak sendiri korannya yang diberi nama "Weekly Herald". Koran ini adalah koran pertama yang dicetak di atas kereta api dan lu­mayan laku terjual. Oplahnya mencapai 400 eksemplar dalam sehari.

Saat usianya 15 tahun, Edison menyelamatkan nyawa anak kepala stasiun yang hampir tergilas gerbong kereta api. Sebagai bentuk terima kasih, sang kepala stasiun memberikan pelajaran gratis pengoperasian telegraf. Setelah itu, Edison mendapat pekerjaan sebagai operator telegraf.

Setelah melihat cara kerja telegraf, Edison tertantang untuk membuat penemuan pertama yang dipantenkannya, electric vote recorder, namun karena tidak laku, Edison akhirnya bera­lih haluan ke penemuan yang lebih komersial. Edison kemudian menemukan stock ticker atau mesin telegraf Peralatan itu di­jualnya dan laku 40.000 dollar Amerika serikat (Sekitar Rp.360 juta rupiah dengan kurs Rp. 9 ribu). Saat itu, Edison yang miskin hampir-hampir pingsan melihat uang sebanyak itu. Uang ini dipakai Edison untuk mendirikan pabrik di Newark dan mer­ekrut 300 orang pekerja sekaligus, disini ia mengembangkan telegraf sehingga mampu mengirimkan 4 berita sekaligus.

Pundi-pundi uang Edison semakin membesar, ia menjadi kaya. Semakin hari, penemuan Edison semakin banyak. Saat umurnya 29 tahun, ia mendirikan laboratorium riset untuk in­dustri di Menlo Park, New Jersey dan dalam 13 bulan ia mene­mukan 400 macam penemuan yang kemudian mengubah pola hidup sebagian besar orang-orang di dunia.

Tahun 1877, waktu itu beberapa penemu saling berlomba untuk menemukan lampu pijar. Edison tidak mau kehilangan kesempatan ini, ia menghabiskan 40.000 dollar dalam kurun waktu dua tahun untuk eksperimen lampu pijar. Yang menjadi masalah adalah menemukan bahan yang bisa berpijar ketika dialiri arus listrik namun tidak terbakar. Sekitar 6.000 bahan yang dicobanya. Melalui usaha keras Edison, akhirnya pada tanggal 21 Oktober 1879 lahirlah lampu pijar listrik pertama yang mampu menyala selama 40 jam. Tahun 1882, untuk per­tama kalinya dalam sejarah lampu-lampu listrik di pasang di jalan-jalan dan di rumah rumah. Melewati tahun 1920-an kon­disi kesehatannya kian memburuk dan Edison meninggal dunia tanggal 18 Oktober 1931 pada usia 84 tahun.

Tips dan Quote


1. Pantang menyerah

Saat ditanya apa kunci suksesnya, Edison menjawab dengan jawaban lucu dan rendah hati.

" Saya sukses, karena saya telah kehabisan apa yang dise­but dengan kegagalan"

2. Berpikir Positif


Ketika ada yang menanyakan, apakah ia tidak bosan den­gan, kegagalan, Edison menjawab dengan santai.

"Dengan kegagalan tersebut, saya malah mengetahui ribuan cara agar lampu tidak menyala".

Dari jawabannya, Edison memandang positif sesuatu, karena itulah kunci mengapa ia terus bergairah dan menemu­kan banyak kesuksesan. Saat pendengaranya berkurang, ia mengatakan bahwa ia malah mendapat keuntungan, karena ia dapat berkonsentrasi untuk berpikir dan tidak mendengar omong kosong. Dalam kegagalan penelitiannya, ia malah men­gatakan, bahwa ia menemukan cara agar hasil penelitiannya tidak gagal di pasar.

Edison adalah tipe pekerja keras. Ia tinggal di laboratorium dan hanya tidur 4 jam sehari, dan makan dari makanan yang dibawa oleh asistennya ke laboratoiumnya. Edison melakukan percobaan dan eksperimen terus menerus hingga penemuan-penemuannya menjadi sempurna. Mungkin kata yang cocok untuk menggambarkan kepandaian Edison adalah : ''Genius adalah 99% kerja keras"