Buku ini dianggap sebagai sebuah sinopsis dari sebagian besar pengetahuan kedokteran yang dimiliki oleh bangsa Arab Islam, baik di Barat (Spanyol) maupun di Timur, teristimewa di masa-masa kehidupan al-Ghafiki. Isinya terdiri dari enam bagian di mana bagian,kelima (sebagian) dan bagian keenam (seluruhnya) mengupas tuntas masalah-masalah kedokteran dan kesehatan (hygiene) mata. Selain itu, kitab ini juga menguraikan pembahasan tentang sejumlah aspek-aspek supranatural.
Walaupun Kitab al-Mursyid telah diakui sebagai salah satu buku teks atau buku ajar kedokteran mata yang paling utama - terutama di wilayah Barat Islam - buku ini tak luput dari komentar-komentar dan kritikan yang sangat pedas. Misalnya anggapan bahwa buku Kitab al-Mursyid tidak lebih dari sebuah kompilasi besar tanpa kontribusi intelektual yang orisinal dan signifikansinya tak begitu menggema. Ini didukung dengan sejumlah pembahasan yang tidak pada tempatnya. Padahal, bab-bab yang mengulas soal-soal supranatural pada kenyataannya hanya terdiri dari halaman-halaman yang jumlahnya terbatas jika dibandingkan dengan proposi pembahasan mengenai ilmu-ilmu kedokteran atau pengobatan mata.
Para pengamat ilmu modern justru menilai bahwa rancangan dan sistematika buku tersebut cukup bagus dan sudah tepat, begitu pula penyajian dan gaya bahasanya yang dianggap memenuhi kualifikasi ilmiah, di samping memikat pula. Bahkan, secara komprehensif, boleh dikatakan bahwa Kitab al-Mursyid mampu mengantisipasi konsep-konsep modern di bidang patologi mata, khususnya yang berkaitan erat dengan akibat-akibat wajar yang ditimbulkannya pada seluruh organisme.
Cendekiawan Arab-Spanyol ini tak hanya berkibar di bidang kedokteran, tetapi ketenarannya juga ditambah sebagai “orang pintar” dan seorang paranormal. Selain itu, al-Ghafiki adalah seorang tabib yang senang mengoleksi tumbuh-tumbuhan dari Spanyol dan Afrika. Selain membuat ramuan obat dari berbagai jenis tanaman tersebut, beliau juga selalu membuat catatan yang menggambarkan secara akurat apa saja jenis-jenis tumbuhan koleksinya. Goerge Sarton, yang dikenal sebagai bapak sejarahwan Barat, menyebut al-Ghafiki sebagai ahli botani yang sangat cerdas pada masanya. Deskripsi tentang tumbuh-tumbuhan yang dibuat Al- Ghafiki diakui sebagai karya yang paling membanggakan yang pernah dibuat seorang muslim. Ia memberi nama setiap tanaman koleksinya dalam tiga bahasa, yaitu Arab, Latin, dan Berber.
Karya fenomenal al-Ghafiki dalam bidang botani adalah Al-Adwiyah al-Mufradah. Kitab ini lah yang memberikan inspirasi kepada Ibnu Baytar untuk meneliti tumbuh-tumbuhan dengan cara sederhana seperti yang dilakukan oleh al-Ghafiki. Abu Zakariya Yahya Ibnu Muhammad Ibnu Al-Awwan, ahli Botani yang terkenal pada akhir abad kedua belas di Sevilla, Spanyol, juga terilhami oleh karya Al-Ghafiki dalam menyelesaikan karyanya yang berjudul Al-Filahah. Kitab Al-Filalah sendiri dikenal sebagai risalah Islam yang paling penting dalam ilmu perkebunan/agrikultur selama Abad Pertengahan.