Di sana, ayah dan paman Crick bekerja di pabrik sepatu. Kakeknya yang bernama Walter Bridge Crick (1857—1903) adalah seorang naturalis amatir, yang menulis sebuah penelitian tentang foraminifera (protista bersel tunggal dengan kerang), dan bekerja sama dengan Charles Darwin.
Sejak usia dini, Francis memang sudah tertarik terhadap ilmu pengetahuan, dan ia giat mempelajarinya dari buku-buku yang ada sewaktu itu. Ia dididik di Northampton Grammar School. Dan, setelah berumur 14 tahun, ia melanjutkan studi ke Mill Hill School di London (dengan beasiswa). Di sana, ia belajar matematika, fisika, dan kimia bersama teman terbaiknya, John Shilston.
Pada usia 21 tahuni Crick mendapatkan gelar B.Sc, sarjana fisika dari Universitas College London (UCL). Kemudian, Crick menjadi seorang mahasiswa Ph.D dan Fellow Kchormatan Caius College. Ia bekerja di Laboratorium Cavendish dan Medical Research Council (MRC), Laboratorium Biologi Molekuler di Cambridge. Ia juga merupakan seorang kehormatan fellow dari Churchill College dan University College London.
Crick memulai proyek penelitian untuk mendapatkan gelar doktornya terkait pengukuran viskositas air pada temperatur tinggi, sesuatu yang digambarkannya sebagai “masalah paling membosankan yang bisa dibayangkan”, di Laboratorium Fisika Neville Edward Andrade da Costa. Tetapi, dengan terjadinya Perang Dunia II, sebuah bom jatuh melalui atap laboratorium dan menghancurkan seluruh alat eksperimentalnya.
Pada awal tahun 1950-an, bersama dengan James Dewey Watson (baca : James Dewey Watson : Penemu Struktur Molekul DNA), Crick menemukan subtansi bentuk dari DNA. Atas penemuannya itu, ia memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang fisiologi atau kedokteran bersama Watson dan M.H.F. Wilkins pada tahun 1962.
Selama hidupnya, Crick menikah dua kali. Ia mempunyai tiga anak dan enam cucu. Ia meninggal dunia pada 28 Juli 2004.