Ia bernama lengkap Sayyid Quthb Ibrahim Shadzili. la dilahirkan pada tanggal 9 Oktober 1906 di sebuah kampung bernama Mushah di daerah Assyut, Mesir. Ayahnya bernama Ibrahim, seorang petani yang amat mementingkan pendidikan agama. Ini dinyatakan oleh Sayyid Quthb ketika mendedikasikan bukunya Mashahid al-Qiyamah fi al-Qur'an kepada bapaknya, la menulis, "Semasa saya masih kanak- kanak, ayah telah menyemai dalam hati dan pikiran saya ketakutan terhadap hari akhirat..."
Ibunya adalah seorang suri rumah, juga amat menekankan pendidikan agama terhadap keluarganya, serta mengharapkan agar semua anaknya menghafal al-Qur'an. Dalam ruang dedikasi buku At-Taswir al-Fanni fi al-Qur'an, Sayyid Quthb menulis, "Harapan ibu yang terbesar ialah berdoa semoga Allah membuka pintu hati saya, supaya dapat menghafal al-Qur'an dan membacanya di sisi ibu dengan nada yang amat merdu dan indah. Jadi, saya telah menghafal al-Qur'an dan memenuhi sebagian dari harapan ibu."
Sejak usia muda, Sayyid Quthb mulai belajar mengenai pembacaan al-Qur'an secara melodis, yang nantinya akan membentuk sisi artistik karakternya. Masa remajanya, ia sangat kritis terhadap institusi keagamaan yang ditemuinya, la menunjukkan ketidaksukaannya terhadap cara institusi tersebut yang digunakan untuk membentuk opini publik, la kurang menganggap penting sekolah yang khusus mengajarkan studi agama, dan berusaha membuktikan bahwa sekolah lokal yang menggunakan kurikulum gabungan pendidikan umum dan agama lebih bermanfaat dibandingkan yang khusus kelas agama. Pada masa tersebut, ia mengembangkan ketidaksetujuannya terhadap para imam dan pemahaman tradisional mereka atas pendidikan, yang di kemudian hari akan menjadi standar konfrontasi pemikirannya sepanjang hidup.
Sayyid Quthb pindah ke Kairo antara tahun 1929 dan 1933 sehingga ia bisa mendapatkan pendidikan berbasis gaya pendidikan Inggris. Itu sebelum memulai kariernya sebagai seorang guru di Kementerian Instruksi Publik. Sepanjang karier awalnya itu, ia mendedikasikan dirinya terhadap seni sastra dengan menjadi penulis dan kritikus, la menulis novel Ashwak (Duri), bahkan membantu memopulerkan novelis Mesir Naguib Mahfouz yang awalnya tak dikenal oleh publik. Pada tahun 1939, antara tahun 1929 dan 1933 menjadi seorang fungsionaris Kementerian Pendidikan Mesir.
Sejak tahun 1948 sampai 1950, Sayyid Quthb pergi ke Amerika Serikat lewat beasiswa untuk mempelajari sistem pendidikan, menghabiskan beberapa bulan di Colorado State College of Education (Sekarang University of Northern Colorado) di Greelev, Colorado. Karya teoretis pertamanya di bidang kritik sosial keagamaan adalah Al-'Adala Al-Ijtima'iyya fil Islam (Keadilan Sosial dalam Islam), yang diterbitkan pada tahun 1949 ketika ia masih tinggal di Barat.
Meskipun Islam memberinya kedamaian dan kepuasan, namun Sayyid Quthb menderita masalah pernapasan dan berbagai masalah kesehatan lainnya sepanjang hidup, serta dikenal atas sikap introvert, isolasi, depresi, dan kepedulian. Penampilannya digambarkan pucat dengan mata terlihat mengantuk, la tidak pernah menikah, yang merupakan bagian dari keseriusannya dalam pendekatan keagamaan, la bercanda dengan pembacanya bahwa ia tidak pernah berhasil menemukan perempuan, dan harus berdamai dengan diri sendiri dalam keperjakaan.
Terlihat sangat jelas sejak masa kanak-kanak, Sayyid Quthb sangat menghargai pendidikan, menjalankan peran sebagai seorang guru bagi para perempuan di desanya. pada tahun 1966, ia dituduh terlibat dalam rencana pembunuhan Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, dan dieksekusi dengan cara digantung.
Penulis 24 buku, termasuk novel, kritik seni sastra, dan buku pendidikan ini dikenal luas di dunia muslim lewat karya-karyanya mengenai sesuatu yang ia percaya sebagai peran sosial dan politik Islam, terutama bukunya Keadilan Sosial dan Ma'alim fith Thariq. Karya magnum opus 'Fi Zhilal al-Qur'an' (Dalam Bayangan Qur'an) adalah 30 jilid komentar terhadap al-Qur'an. Sebagian besar hidupnya, lingkaran dekat Sayyid Quthb, diisi oleh para politikus berpengaruh, kaum intelektual, penyair, dan figur sastrawan, baik yang seumuran maupun generasi setelahnya. Di pertengahan 1940-an, banyak tulisannya yang menjadi acuan resmi di sekolah, kampus, dan universitas.
Meskipun sebagian besar observasi dan kritiknya mengenai dunia muslim, namun Sayyid Quthb juga dikenal atas ketidaksetujuannya terhadap masyarakat dan budaya Amerika Serikat yang dipandangnya sangat terobsesi dengan materialisme, kekerasan, dan hasrat seksual. Terdapat beragam pendapat mengenai pandangannya. Secara umum, ia dideksripsikan oleh sebagian sebagai seorang seniman luar biasa dan martir untuk Islam. Namun, bagi banyak pengamat Barat, ia dianggap sebagai salah seorang pembentuk ide Islamisme, terutama kelompok seperti Al-Qaeda. Sekarang, para pendukungnya diidentifikasian (oleh para penentang mereka) sebagai Qutbists atau "Qutbi".