Tidak ada yang menyangka, bahwa sosok yang sederhana, tidak berkarisma di depan publik, dan berkemampuan berbicara, dinobatkan sebagai Perdana Menteri Inggris pada abad 20, mengalahkan wanita bertangan besi, Margaret Thatcher. Sosok ini dikenal dengan nama Clement Richard Atlee, Perdana Menteri Inggris pada periode pasca Perang Dunia II pada 1945 hingga 1951.
Awalnya Atlee cenderung menganggap dirinya seorang yang konservatif. Namun sejak menangani sebuah klub amal di Haileybury House, pemahamannya berubah drastis. Pekerjaan ini menuntutnya untuk sering berinteraksi dengan lingkungan sosial, mulai dari anak-anak di kawasan kumuh hingga berkunjung ke tempat-tempat miskin di sekitar klub amalnya tersebut.
Selama berinteraksi, Atlee berkesimpulan bahwa kegiatan amal, terutama amal perseorangan, tidak akan pernah cukup untuk mengatasi kemiskinan. Menurutnya hanya pemerintah yang mampu mengatasi masalah kemiskinan, salah satunya dengan redistribusi pendapatan. Arah pandangan politiknya pun menjadi lebih sosialis. Hal inilah yang kemudian menuntunnya bergabung ke dalam Partai Kemerdekaan Buruh.
Pasca pengabdiannya di dunia militer dalam Perang Dunia ke II, Atlee kembali menjalani kehidupan politiknya dengan menjadi walikota di Metropolitan Borough of Stepney, salah satu lingkungan pendukung London yang terkenal kumuh dan miskin. Dalam kepemimpinannya, Atlee menindak pemilik properti kumuh yang mengenakan biaya sewa besar tanpa membangun lingkungan vang nyaman dan sehat. Peraturan resmi dibuat dan mendorong pemilik properti untuk memperbaiki asetnya. Atlee juga menunjuk inspektor kesehatan dan sanitasi untuk memperbaiki lingkungan. Hal ini berdampak positif, terbukti dengan menurunnya angka kematian bavi di wilavah tersebut.
Keberhasilan Atlee membangun Stepney membuatnya terpilih kembali sebagai anggota parlemen pada 1922. Hampir selama 13 tahun berkarier, Atlee mengalami masa perjuangan yang tidak mudah. Salah satunya membantu pemerintah dalam mengelola dampak Great Depression Amerika pada 1931. Pada akhir tahun 1935, kecelakaan yang menimpa rekannya, George Lansbury, membuat Lansbury meninggalkan jabatan Ketua Partai Buruh. Tidak lama, anggota partai pun sepakat menunjuk Atlee sebagai penggantinya.
Kepemimpinan Atlee tergolong radikal dalam membawa Inggris kembali normal pasca perang. Target utama salah satunya adalah nasionalisasi perusahaan dalam negeri, British Railways. Pada 1951, 20% perekonomian Inggris telah kembali dimiliki oleh masyarakat. Selain itu ia juga mereformasi kebijakan di bidang hukum seperti perbaikan Criminal Justice Act, Personal Injuries Act, dan Legal Aid and Advice Act untuk mendukung kesejahteraan dan keamanan bagi masyarakat Britania. Bagi warga pedesaan, Atlee berfokus pada pengembangan kualitas hidup masyarakat, terutama petani dengan peraturan subsidi pangan dan transportasi publik yang nyaman.