Frans Kaisiepo : Pejuang dan Pencetus Nama ‘Irian’

Selamat Datang di Blog Materi IPA. Judul Postingan Kali ini tentang Frans Kaisiepo : Pejuang dan Pencetus Nama ‘Irian’. Semoga bermanfaat untuk dibaca.

Ia menganggap dirinya tidak berbeda dibandingkan saudara-saudara sebangsanya yang lain. Menurutnya, tanah kelahirannya adalah bagian tak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. la pun berjuang dengan amat gigih guna menggabungkan tanah kelahirannya ke dalam Indonesia. Setiap muncul usaha yang hendak memisahkan tanah kelahirannya dari Indonesia senantiasa ditentangnya dengan amat sengit pula. Dialah Frans Kaiseipo.

Frans Kaiseipo dilahirkan di Biak, 10 Oktober 1921. Jiwa nasionalismenya tumbuh mekar ketika Frans berusia remaja. Ketika itu ia berkenalan kemudian berhubungan dengan seorang pejuang Indonesia yang diasingkan ke Boven Digul. Pejuang itu Sugoro Atmoprasojo, mantan guru pada Perguruan Taman Siswa yang terpaksa harus mendiami tanah pengasingan di Boven Digul akibat kiprah politik nasionalisnya.

Frans Kaisiepo menggagas berdirinya Partai Indonesia Merdeka (PIM) di Biak, setahun setelah lndonesia merdeka. la juga menjadi salah seorang dari delegasi Papua (Nederfands Nieuwe Guinea) pada Konferensi Malino, Sulawesi Selatan, yang diprakarsai Belanda. Konferensi tersebut membahas perihal pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT). Pada konferensi tersebut Frans Kaisiepo secara tegas menolak rencana penggabungan Papua ke dalam Negara Indonesia Timur. Menurutnya Papua adalah bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena penolakan Frans, Negara Indonesia Timur akhirnya hanya 'beranggotakan' Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku.

Frans Kaisiepo makin tegas menunjukkan sikapnya. Selain menolak rencana penggabungan tanah kelahirannya ke dalam Negara Indonesia Timur, ia juga mengganti narna Papua (Nederlands Nieuwe Guinea) menjadi Irian yang merupakan singkatan lkut Republik Indonesia Anti Netherlands.

Frans terus bersikap anti Belanda, la menggalang kekuatan di Biak guna menentang kehadiran Belanda di sana. la juga menolak dengan tegas pengangkatan dirinya menjadi anggota delegasi Belanda pada Konferensi Meja Bundar (KMB) yang diselenggarakan di Den Haag, Belanda, 23 Agustus - 2 November 1949. Sikap keras Frans membuat Belanda kemudian mengasingkan Frans ke tempat-tempat terpencil.

Konferensi Meja Bundar menghasilkan beberapa butir kesepakatan, di mana salah satunya adalah kesepakatan untuk membicarakan perihal status Irian Barat, paling lambat setahun (1950) kemudian. Satu butir kesepakatan tersebut ternyata hanyalah siasat Belanda yang ingin terus bercokol di wilayah Indonesia. Terbukti, bertahun-tahun setelah Konferensi Meja Bundar ditandatangani, status Irian Barat tetap tidak berubah. Irian Barat tetap menjadi wilayah dari Kerajaan Belanda.

Setelah melalui perundingan-perundingan dan juga menggunakan jalur diplomasi untuk mengembalikan Irian Barat ke pangkuan lbu Pertiwi selalu menemui jalan buntu, Indonesia menempuh jalan konfrontasi. Presiden Sukarno pada tanggal 19 Desember 1961 mengumumkan Trikora (Tri Komando Rakyat) di Yogyakarta. Operasi militer untuk membebaskan Irian Barat pun dimulai. Frans Kaisiepo berperan besar dalam masalah ini dengan memberikan bantuannya agar Tentara Nasional Indonesia (TNI) bisa mendarat di Irian Barat.

Dunia interrnasional akhimya mengetahui operasi pembebasan Irian Barat ini. Mereka khawatir, masalah tersebut akan dapat menjadi pemicu ketegangan dunia. Melalul Rencana Bunker yang diusulkan Ellswort Bunker dan Amerika Serikat, ditandatangan Perjanjian New York pada tanggal 15 Agustus 1962, Belanda menyerahkan Irian Barat melalul PBB lewat UNTEA (United Nations Temporary Executive Authorithy) pada tanggal 1 Oktober 1962. 1 Mei 1963 UNTEA menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia. Rencana Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat - Act Of Free Choice) akan dilaksanakan pada tahun 1969.

Frans Kaisiepo ditunjuk menjadi gubemur Irian Barat pada masa Pepera. Hasil Pepera melegakan Indonesia dan juga Frans Kaisiepo: rakyat Irian Barat bersepakat bulat untuk bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Frans Kaisiepo wafat di Irian Jaya, 10 April 1979. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih, Irian Jaya. Pemerintah Indonesia sangat menghargai jerih payah, jasa, dan berbagai upaya yang ditunjukkan Frans Kaisiepo dengan mengangkat pejuang Irian Jaya itu sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1993.