Sulit membayangkan Sendratari Gama Gandrung yang telah dipentaskan di penghujung tahun 2014 silam lahir dari seorang remaja yang pada saat itu belum lagi genap 17 tahun. Sang koreografer itu adalah Bathara Saverigadi Dtwandoro, remaja kelahiran Bantul, 7 Februari 1997 yang telah ditahbiskan oleh MURI sebagai koreografer kelas dunia termuda berbasis seni tari tradisional.
Darah seni Bhatara mengalir dari kedua orang tuanya, Dewi Sulastri dan Suryandoro. Keduanya adalah maestro komposisi tari, alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Keduanya saat ini mengembangkan Swargaloka Art and Culture Foundation yang berada di kawasan Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Namun, Bhatara memilih untuk meniti jalannya sendiri. Bhatara seperti ingin menunjukkan bahwa ia mampu menjadi koreografer kelas dunia dengan gaya tari yang ia kembangkan sendiri. Kemampuannya mengeksplorasi dan melakukan beragam eksperimen dengan memadukan beragam unsur tari nusantara membuat setiap karyanya sangat fenomenal.
Tengok saja bagaimana Ara, demikian Bhatara disapa, mentransformasi bencana gempa bumi yang meluluhlantakan Yogyakarta menjadi repertoar tari berjudul "Lindu" atau ketika Ara memperhatikan bagaimana para petani bekerja di sawah, lahirlah "Tari Laskar Tani".
Sementara itu, Gama Gandrung sendiri dapat dikatakan sebagai masterpiece Ara yang mengangkat namanya ke tengah percaturan seni tari internasional. Gandrung sendiri diangkat oleh Ara dalam bentuk drama tari karena beragam pertimbangan. Menurutnya, Tari Gandrung mengandung beragam makna, ungkapan rasa syukur, sukacita, harapan, hingga aspek kesakralannya.
'Gama Gandrung' (Perjalanan Gandrung) adalah sebuah seni drama tari yang mengisahkan proses kreasi Tari Gandrung di kawasan Blambangan (Banyuwangi) yang sarat dengan sejarah perlawanan rakyat terhadap pendudukan penjajah Belanda.
Beragam penghargaan telah diraih oleh Bhatara, salah satunya adalah Penghargaan Kebudayaan untuk kategori anak dan remaja pada 2015. Mengenai penghargaan ini, Ara lebih jauh mengatakan, 'Saya sangat bangga dengan penghargaan ini. Penghargaan ini makin melecut saya untuk menciptakan kreasi tari baru di masa datang. Saya tertantang untuk membawa seni tari nusantara ke panggung dunia'.
Penghargaan lain yang telah diraih Ara adalah Juara 1 Lomba Tari Kreasi Pesta Seni Pelajar Tingkat DKI Jakarta 2011 yang diselenggarakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan DKI Jakarta, Juara 1 Lomba Tari Kreasi Se-Jabodetabek, Festival Selaras Pinang 2012, Penghargaan Penata Tari Terbaik dari Himpunan Seni Budaya Bangsa Indonesia (HISBI) 2012, atas karyanya berjudul 'Tekad,' dan Juara 1 Lomba Tari Kreasi Kelompok Nasional yang diselenggarakan Universitas Indonesia dalam rangka 7th NFF National Folklore Festival 2013.