Nama lengkapnya adalah Abu Ja’far Ahmad bin Ibrahim bin Abi Khalid Ibnu al-Jazzar. Ia lahir di Qayrawan, Tunisia pada 898 M. Dunia Barat mengenal dokter muslim legendaris dari Afrika Utara ini dengan nama Algazir. Ia begitu terkenal berkat sederet karya yang ditulisnya mengenai pengobatan Islam. Beliau sendiri tumbuh dan dibesarkan dalam keluarga yang tak asing dengan dunia kedokteran karena ayahnya juga seorang dokter. Tak heran jika kemudian ia pun juga tertarik untuk mengkaji ilmu kedokteran.
Jazzar juga dikenal sebagai seorang yang dermawan dengan gaya hidup yang disiplin dan cermat. Setiap musim panas, ia melakukan perjalanan menjelajahi wilayah al-Munastir di pesisir pantai Mediterania. Selama hidupnya, ia dikenal sebagai seorang dokter yang memiliki sifat yang baik. Meskipun profesinya sebagai seorang dokter adalah posisi yang begitu terhormat dan terpandang, namun dia tak silau dengan posisi dan jabatan yang menjanjikan. Berbeda dengan dokter-dokter lainnya yang berlomba untuk mencari posisi sebagai dokter istana, ia justru lebih memilih melayani masyarakat biasa. Ibnu al-Jazzar sangat menyadari posisinya sebagai dokter sehingga dia melakukan pengobatan secara profesional.
Pengalamannya inilah yang kemudian ia tuliskan dalam sejumlah buku, yang kemudian menjadikannya begitu berpengaruh di dunia kedokteran. Melalui karya- karyanya, ia tak hanya terkenal di dalam negeri tapi juga di luar negeri. Di antaranya karya-karyanya itu adalah Kitab Thibb al-Fukara atau “Medicine for the Poor" (Obat-obatan untuk Kaum Fakir). Kitab inilah yang semakin mempertegas kalau Jazzar benar-benar sangat peduli dengan kesehatan kaum miskin. Karyanya ini sempat menjadi buku yang sangat populer selama Abad Pertengahan. Al-Adwiya Al-Mufrada atau 'Cara Pengobatan Sederhana' juga merupakan karya gemilangnya. Kitab ini selanjutnya diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, Latin, dan Ibrani.
Karya Ibnu al-Jazzar lainnya yang cukup berpengaruh adalah Zad al-Musafir wa-Qut al-Hadir (Provisions for the Traveller and the Nourishment of the Settled). Kitab Zad Al-Musafir ini merupakan karyanya yang terbesar dan pada saat itu sebagian besar masih ditulis dalam bentuk manuskrip (naskah). Ullmann dalam karyanya 'Neues zu den diaetetischen Schriften des Rufus yon Ephesos', menjelaskan bahwa karya sang dokter muslim itu terdiri dari tujuh volume buku. Kitab ini bukanlah semacam buku panduan bagi wisatawan, tetapi lebih merupakan buku panduan medis yang disusun secara sistematis, yang membahas berbagai penyakit dan perawatan 'capite ad calcem' (dari kepala ke ujung kaki), dalam tulisan yang begitu singkat.
Buku kedokteran yang ditulis Ibnu al-Jazzar ini begitu popular di kalangan Yahudi. Buktinya, kitab itu telah diterjemahkan sebanyak tiga kali ke dalam bahasa Ibrani. Pertama kali, kitab ini dialihbahasakan oleh seorang penerjemah anonim dengan judul 'Ya'ir Nativ' pada 1224 M. Kedua, diterjemahkan Musa Ibnu Tibbon pada 1254 M dengan tajuk 'Zedatha-Derakhim'. Ketiga, dialih bahasakan oleh Ben Abraham Ishak menjadi buku berjudul 'Zedah-la Orehim'. Seperti halnya kitab Al-Adwija Al-Mufrada, kitab kedokteran berjudul Zad al-Musafir ini juga diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Constantine pada 1124 M dengan judul 'Viaticum Peregrinantis'. Tak pelak lagi, karya Ibnu al-Jazzar pun menjadi salah satu buku referensi kedokteran yang sangat berpengaruh bagi peradaban Eropa pada Abad Pertengahan. Kitab-kitab karyanya dalam bidang kedokteran mencapai sekitar 20 judul.
Buku tentang demam dan penyakit seksual karya Ibnu al-Jazzar begitu berpengaruh di Eropa sehingga diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani pada abad kesebelas Masehi. Buku ini juga diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Latin di Toledo pada abad kedua belas oleh seorang penerjemah yang bernama Lombard. Di era modern, buku ini juga telah diedit dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Gerrit Bos dengan judul Ibn al-Jazzar Sexual Diseases: A Critical Edition of “Zad al-Musafir wa-Qut al-Hadir: Provisions for the Traveler and Nourishment for the Sedentary.