Ketika masih tercatat sebagasi mahasiswa teknik informatika di ITB, Arief Widyawasa bersama 17 sahabatnya yang juga berkuliah di ITB dan gemar bermain game bersepakat mendirikan Agate Studio pada 1 April 2009.
Dua tahun sebelumnya, Arief dan kawan-kawannya mengikuti ajang Microsoft's Dream Buid Play dengan permainan mereka, 'Ponporon'. Permainan itu ternyata menyita banyak perhatian ketika dipamerkan dalam Indonesia Games Show 2008.
Pada tahun 2010, Agate Studio meluncurkan game pertama mereka yang bertajuk 'Earl Grey and This Ruppert Guy' dan mendapat sambutan luar biasa di kalangan gamers. Hanya di pekan pertama sejak peluncurannya, game ini sudah dimainkan oleh tidak kurang sejuta gamers.
Setahun setelah itu, mereka meluncurkan game berbasis web pertama mereka, 'Football Saga', yang dalam kurun waktu seminggu dimainkan tidak kurang dari 10.000 pemain aktif dan meningkat menjadi lebih dari 58.000 pemain aktif dalam satu bulannya. Setelah itu, Agate Studio melahirkan permainan 'Smash Mania' yang terinspirasi dari olahraga bulu tangkis.
Di belakang Arief ada beberapa nama para pendiri Agate Studio yang tidak boleh terlupakan. Mereka adalah Andrew Pratomo Budianto, Aditia Dwiperdana, Aswin Juari, Andhika Estrada, Beatrice Nauli Pohan, Charles Haryadi, Erga Ghaniya, I Made Teguh Arief Baskara, Nadia Kusumahdewi, Nikki Dibya Wardhana, Ray Suryadipta Susanto, Riyani Mardikaningrum, Shieny Aprilia, Teguh Budi Wicaksono, Vincentius H.W. Ismawan, dan Wiradeva Arif.
Saat ini, Agate Studio dikawal tidak kurang dari 60 karyawan dan telah menghasilkan tidak kurang dari 100 game yang telah dimainkan di seluruh penjuru dunia.
Arief mengaku bahwa sejak TK ia sudah keranjingan beragam game ketika ia dibelikan perangkat Nintendo oleh orang tuanya. Berbeda dari orang kebanyakan yang memainkan game hanya untuk kesenangan, pemuda kelahiran Denpasar, 4 April 1937 ini justru membongkar tuntas beragam game untuk dipelajari, lalu mencoba membuat sendiri game yang lebih menantang.
Kegemarannya mengutak-atik beragam permainan tidak lantas membuatnya menjadi anak yang pemalas dan tidak berprestasi. Arief membuktikan bahwa walaupun ia seorang gamer, otaknya encer. Tidak tanggung-tanggung, Arief selalu menjadi bagian dari tim olimpiade sains mewakili sekolahnya.
Ketika berhasil menjuarai sebuah ajang perlombaan, Arief selalu meminta hadiah berupa game kepada orang tuanya. Begitu pula ketika ia masih tercatat sebagai mahasiswa beserta, beberapa rekan saat mewakili ITB dalam ajang Imagine Cup 2008 dalam kategori Rural Innovation Award di Louvre, Paris, Prantis.
Ketika banyak orang mencibir game yang ditengarai dapat menurunkan kecerdasan dan membuat pemainnya menjati antisosial, Arief memiliki pandangan yang berbeda.
"Ketika game diberi nilai-nilai yang positif, perubahan yang luar biasa akan terjadi. Secara individu, game melatih para pemainnya untuk tidak mudah menyerah, melatih daya konsentrasi, berpikir, refleks, juga menumbuhkan kepercayaan diri"
Ketika sudah terlampau sibuk menggawangi Agate Studio sehingga perkuliahannya mulai terganggu, Arief memutuskan berhenti kuliah.
Keputusannya itu mungkin sangat disayangkan oleh banyak orang, termasuk kedua orang tuanya. Namun, lantaran orang tuanya juga memiliki latar belakang entrepreneur, keputusan Arief untuk berhenti kuliah akhirnya dapat diterima.
"It's not about the DO-part, but the effort, sacrifices, hard work, commitment, passion, and persistence "
Jejak Bill Gates, Steve Jobs, dan beberapa tokoh sukses terkenal yang drop out (DO) dari kampus bisa jadi adalah sumber inspirasinya.