Tidak hanya dari luar negeri saja, startup di Indonesia pun sudah cukup banyak yang berhasil. Kalau di Amerika ada Uber, maka di Indonesia ada GoJek. Orang di balik Go-Jek adalah Nadiem Makarim. Pemuda Indonesia lulusan Harvard ini terinspirasi mendirikan perusahaan startup Go-Jek dari pengalamannya sendiri.
Nadiem tinggal di Jakarta dan merupakan salah satu pengguna ojek. Dari hasil obrolannya dengan tukang ojek langganannya, ia menyadari bahwa waktu tukang ojek selama ini hanya habis untuk menunggu penumpang dan menunggu giliran dengan tukang ojek yang lain. Selain itu, ia juga merasa bahwa ojek belum memberikan keamanan dan kenyamanan untuk dirinya. Dari peluang besar itulah, ia mendirikan Go-Jek, sebuah perusahaan transportasi ojek yang memanfaatkan teknologi sebagai perantara.
Gojek telah mendapat pendanaan dari beberapa investor, antara lain Sequoia India, Northstar Group, DST Global, NSI Ventures, Rakuten Ventures, dan Formation Group. Investor terbaru dari GoJek yaitu KKR & Co. menambah suntikan dana sebesar USD 550 juta. Hingga pertengahan 2016, GoJek telah memiliki 200.000 mitra pengemudi motor & mobil, 35.000 mitra penjual untuk Go-Food, dan 3.000 mitra on-demand services.
Nadiem memanfaatkan gadget untuk usahanya ini. Pelanggan dapat memperoleh ojek hanya dengan Smartphone, dilengkapi dengan GPS yang memudahkan melacak posisi ojek saat itu. Tarif dihitung variatif, bergantung dari jarak yang ditempuh. Jadi, macet separah apa pun tidak akan memengaruhi harga. Ditambah Anda akan langsung mengetahui jumlah biaya yang harus dibayarkan saat akan melakukan order. Proses pembayaran ada dua cara, yakni cash dan dengan Go-Pay. Biasanya, banyak promo yang ditawarkan apabila Anda menggunakan Go-Pay.
Go-Jek bisa disebut sebagai ojek yang tidak sekadar ojek. Ojek normalnya hanya mengantar penumpang sampai tujuan. Tapi dengan Go-Jek, Anda dapat mengirim barang, memesan makanan, berbelanja, layanan massage, pembelian tiket, dan beberapa layanan menarik lain. Meskipun bekerja sebagai ojek, penghasilan dari pengojek di bawah naungan GoJek ini tidak bisa dianggap kecil. Rata-rata penghasilan mereka adalah Rp 3 juta perbulan. Di mana 80% pembayaran penumpang untuk pengojek dan 20% untuk perusahaan.
Meski terkesan mulus, tapi GoJek juga harus menghadapi permasalahannya sendiri. Tantangan terbesar dari GoJek adalah saingan. Saingannya adalah ojek tradisional dan aplikasi ojek serupa. Ojek-ojek tradisional banyak yang melancarkan demo menolak kehadiran GoJek. Bahkan parahnya di beberapa kota di Indonesia banyak kasus pengojek dari GoJek yang dianiaya oleh tukang ojek tradisional.
Penentangan terhadap hadirnya GoJek sempat begitu santer diberitakan dan menjadi trending topic di berbagai kawasan.Tapi nyatanya, ini tak menyurutkan tumbuh kembang GoJek. Dengan dukungan dari para penggunanya, serta kerja keras para timnya, GoJek akhirnya tetap bertahan dan malah terus bertambah besar. Gelar unicorn pun sudah disabetnya.
Nadiem tinggal di Jakarta dan merupakan salah satu pengguna ojek. Dari hasil obrolannya dengan tukang ojek langganannya, ia menyadari bahwa waktu tukang ojek selama ini hanya habis untuk menunggu penumpang dan menunggu giliran dengan tukang ojek yang lain. Selain itu, ia juga merasa bahwa ojek belum memberikan keamanan dan kenyamanan untuk dirinya. Dari peluang besar itulah, ia mendirikan Go-Jek, sebuah perusahaan transportasi ojek yang memanfaatkan teknologi sebagai perantara.
Gojek telah mendapat pendanaan dari beberapa investor, antara lain Sequoia India, Northstar Group, DST Global, NSI Ventures, Rakuten Ventures, dan Formation Group. Investor terbaru dari GoJek yaitu KKR & Co. menambah suntikan dana sebesar USD 550 juta. Hingga pertengahan 2016, GoJek telah memiliki 200.000 mitra pengemudi motor & mobil, 35.000 mitra penjual untuk Go-Food, dan 3.000 mitra on-demand services.
Nadiem memanfaatkan gadget untuk usahanya ini. Pelanggan dapat memperoleh ojek hanya dengan Smartphone, dilengkapi dengan GPS yang memudahkan melacak posisi ojek saat itu. Tarif dihitung variatif, bergantung dari jarak yang ditempuh. Jadi, macet separah apa pun tidak akan memengaruhi harga. Ditambah Anda akan langsung mengetahui jumlah biaya yang harus dibayarkan saat akan melakukan order. Proses pembayaran ada dua cara, yakni cash dan dengan Go-Pay. Biasanya, banyak promo yang ditawarkan apabila Anda menggunakan Go-Pay.
Go-Jek bisa disebut sebagai ojek yang tidak sekadar ojek. Ojek normalnya hanya mengantar penumpang sampai tujuan. Tapi dengan Go-Jek, Anda dapat mengirim barang, memesan makanan, berbelanja, layanan massage, pembelian tiket, dan beberapa layanan menarik lain. Meskipun bekerja sebagai ojek, penghasilan dari pengojek di bawah naungan GoJek ini tidak bisa dianggap kecil. Rata-rata penghasilan mereka adalah Rp 3 juta perbulan. Di mana 80% pembayaran penumpang untuk pengojek dan 20% untuk perusahaan.
Meski terkesan mulus, tapi GoJek juga harus menghadapi permasalahannya sendiri. Tantangan terbesar dari GoJek adalah saingan. Saingannya adalah ojek tradisional dan aplikasi ojek serupa. Ojek-ojek tradisional banyak yang melancarkan demo menolak kehadiran GoJek. Bahkan parahnya di beberapa kota di Indonesia banyak kasus pengojek dari GoJek yang dianiaya oleh tukang ojek tradisional.
Penentangan terhadap hadirnya GoJek sempat begitu santer diberitakan dan menjadi trending topic di berbagai kawasan.Tapi nyatanya, ini tak menyurutkan tumbuh kembang GoJek. Dengan dukungan dari para penggunanya, serta kerja keras para timnya, GoJek akhirnya tetap bertahan dan malah terus bertambah besar. Gelar unicorn pun sudah disabetnya.