Etnobiologi berasal dari kata Etnologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang etnis, suku, atau masyarakat lokal serta budaya yang ada pada masyarakat tersebut, dan Biologi yaitu studi tentang hidup dan organisme hidup. Etnobiologi diartikan sebagai studi ilmiah pada dinamika hubungan diantara masyarakat, biota, dan lingkungan yang telah ada sejak dulu dan hingga sekarang. Selain itu, Etnobiologi merupakan studi tentang bagaimana interaksi masyarakat tertentu (etnis) pada seluruh aspek lingkungan alami.
Terdapat beberapa subdisiplin ilmu dari etnobiologi, antara lain:
Interaksi yang dikaji dalam etnobiologi merupakan interaksi baik pemanfaatan, pengelolaan maupun upaya pelestarian yang dilakukan masyarakat tertentu (etnis). Biasanya pada kajian interaksi akan berhubungan dengan adat istiadat, mitos dan budaya yang telah tertanam pada masyarakat lokal tertentu (etnis). Tujuan dari kegiatan melakukan studi etnobiologi ini adalah menggali informasi dan kekayaan intelektual masyarakat lokal (etnis) yang memiliki makna dan kearifan lokal yang bermanfaat dalam menjaga keseimbangan alam dan upaya konservasi lingkungan, serta kehidupan manusia.
Sebagai contoh, adanya mitos pada masyarakat Jawa yang mensakralkan pohon beringin. Pohon beringin dianggap sebagai rumah bagi para demit, hantu, jin atau arwah nenek moyangnya. Para leluhur suku Jawa memberikan wejangan kepada keturunannya untuk tidak menebang pohon beringin dengan alasan akan membuat jin atau penghuni pohon tersebut marah dan mengganggu kehidupan si penebang, sehingga dengan wejangan tersebut, keturunnya tidak ada yang berani menebang pohon.
Wejangan dari leluhur tersebut menjadi sebuah tindakan arif yang dilakukan pada masa itu (dimana dinamisme dan animisme masih kuat), sehingga dari wejangan tersebut memberikan keuntungan secara ekologis pada lingkungan di sekitar beringin.
Beringin merupakan pohon yang dikenal memiliki daun yang rimbun dan salah satu tanaman dengan tipe akar yang mencekeram tanah sehingga mencegah dari longsor dan menjaga tata air tanah. Dengan kerimbunan daunnya, menjadi daya tarik bagi beberapa jenis burung untuk menjadikan beringin sebagai tempat tinggal dan pemenuh kebutuhan pangan karena melimpahnya biji dan serangga.
Biji beringin disukai oleh Punai Gading (Treron vernans) dan Kepudang Kuduk Hitam (Oriolus chinensis). Burung pemakan ulat atau tawon ficus yakni Cipoh Kacat (Aegithina thipia) dan Walet Sapi (Callocalia esculenta), sedangkan burung yang suka bersarang di pohon ini adalah Kutilang (Pycnonotus aurigaster) dan Trocokan (Pycnonotus goiavier) dan masih banyak lagi (LKIM UNAND).
Contoh kajian lain yang diperoleh dari masyarakat lokal adalah pemanfaatan berbagai jenis tanaman untuk pengobatan yang saat ini dikenal dengan herbal (tapak liman, mahkota dewa, beluntas, akar dewa, dsb.), indikator keberadaan air (Bambu); pemanfaatan hewan (serangga sebagai indikator perubahan musim (garengpung), indikator keberadaan air (Katak Rana) dsb.).
Terdapat beberapa subdisiplin ilmu dari etnobiologi, antara lain:
- Etnobotani, yaitu studi ilmiah yang mengkaji hubungan antara masyarakat dengan tanaman. Dalam hal ini, peneliti menggali informasi tentang bagaimana masyarakat memanfaatkan tanaman tertentu, apakah untuk pengobatan, ritual adat, pakaian, alat rumah tangga dan sebagainya.
- Etnozoologi, yaitu studi ilmiah yang mengkaji interrelationship yang ada pada masa lampau dan masa kini antara masyarakat dengan hewan yang ada disekitarnya.
- Etnoekologi, yaitu studi ilmiah yang mengkaji cara (metode) beberapa kelompok masyarakat pada lokasi atau daerah yang berbeda dalam memahamai ekosistem di sekitar tempat tinggalnya (bagaimana pemahaman terhadap lingkungan tempat tinggalnya, dan bagaimana interaksi yang terjadi antara masyarakat terhadap lingkungan tempat tinggalnya; pemanfaatan, pengelolaan dan pelestarian lingkungan)
- Etno-entomologi, yaitu studi ilmiah yang mengkaji interaksi yang terjadi pada serangga dengan masyarakat tertentu (etnis) di masa lampau dan masa kini.
- Etno-herpetologi, yaitu studi ilmiah yang mengkaji interaksi yang terjadi pada amfibi dan reptil dengan masyarakat tertentu (etnis) di masa lampau dan masa kini.
- Etno-likenologi, yaitu studi ilmiah yang mengkaji interaksi yang terjadi pada liken dengan masyarakat tertentu (etnis) baik pada masa lampau maupun masa kini.
- Etno-mikologi, yaitu studi ilmiah yang mengkaji interaksi yang terjadi pada kelompok jamur dengan masyarakat tertentu (etnis) di masa lampau dan masa kini.
- Etno-ornitologi, yaitu studi ilmiah yang mengkaji interaksi yang terjadi antara burung dan masyarakat tertentu (etnis) di masa lampau dan masa kini.
Interaksi yang dikaji dalam etnobiologi merupakan interaksi baik pemanfaatan, pengelolaan maupun upaya pelestarian yang dilakukan masyarakat tertentu (etnis). Biasanya pada kajian interaksi akan berhubungan dengan adat istiadat, mitos dan budaya yang telah tertanam pada masyarakat lokal tertentu (etnis). Tujuan dari kegiatan melakukan studi etnobiologi ini adalah menggali informasi dan kekayaan intelektual masyarakat lokal (etnis) yang memiliki makna dan kearifan lokal yang bermanfaat dalam menjaga keseimbangan alam dan upaya konservasi lingkungan, serta kehidupan manusia.
Sebagai contoh, adanya mitos pada masyarakat Jawa yang mensakralkan pohon beringin. Pohon beringin dianggap sebagai rumah bagi para demit, hantu, jin atau arwah nenek moyangnya. Para leluhur suku Jawa memberikan wejangan kepada keturunannya untuk tidak menebang pohon beringin dengan alasan akan membuat jin atau penghuni pohon tersebut marah dan mengganggu kehidupan si penebang, sehingga dengan wejangan tersebut, keturunnya tidak ada yang berani menebang pohon.
Wejangan dari leluhur tersebut menjadi sebuah tindakan arif yang dilakukan pada masa itu (dimana dinamisme dan animisme masih kuat), sehingga dari wejangan tersebut memberikan keuntungan secara ekologis pada lingkungan di sekitar beringin.
Beringin merupakan pohon yang dikenal memiliki daun yang rimbun dan salah satu tanaman dengan tipe akar yang mencekeram tanah sehingga mencegah dari longsor dan menjaga tata air tanah. Dengan kerimbunan daunnya, menjadi daya tarik bagi beberapa jenis burung untuk menjadikan beringin sebagai tempat tinggal dan pemenuh kebutuhan pangan karena melimpahnya biji dan serangga.
Biji beringin disukai oleh Punai Gading (Treron vernans) dan Kepudang Kuduk Hitam (Oriolus chinensis). Burung pemakan ulat atau tawon ficus yakni Cipoh Kacat (Aegithina thipia) dan Walet Sapi (Callocalia esculenta), sedangkan burung yang suka bersarang di pohon ini adalah Kutilang (Pycnonotus aurigaster) dan Trocokan (Pycnonotus goiavier) dan masih banyak lagi (LKIM UNAND).
Contoh kajian lain yang diperoleh dari masyarakat lokal adalah pemanfaatan berbagai jenis tanaman untuk pengobatan yang saat ini dikenal dengan herbal (tapak liman, mahkota dewa, beluntas, akar dewa, dsb.), indikator keberadaan air (Bambu); pemanfaatan hewan (serangga sebagai indikator perubahan musim (garengpung), indikator keberadaan air (Katak Rana) dsb.).