Chairul Tanjung : Si Anak Singkong

Selamat Datang di Blog Materi IPA. Judul Postingan Kali ini tentang Chairul Tanjung : Si Anak Singkong. Semoga bermanfaat untuk dibaca.
Nama Chairul Tanjung di panggung bisnis Indonesia bukanlah nama yang asing. Namanya semakin dikenal oleh banyak orang ketika ia memimpin perusahaannya, Para Group (CT Corp). Pria kelahiran Jakarta, 16 Juni 1962 pernah duduk di urutan ketiga orang terkaya di dunia pada 2014.


Chairul Tanjung terlahir dalam sebuah keluarga yang cukup berada. Chairul Tanjung terlahir dari pasangan A.G. Tanjung yang berdarah Batak dan Halimah yang merupakan keturunan Sunda. Ayahnya, A.G. Tanjung adalah seorang wartawan pada masa orde lama yang beroplah minim. Namun sayangnya, bisnis sang ayah tersebut harus ditutup karena bertentangan secara politik dengan para penguasa kala itu. Itulah sebabnya mengapa Chairul Tanjung dan keluarganya harus menjual rumah dan terpaksa tinggal di kamar losmen yang sempit.

Di tengah kondisi keluarganya yang seperti itu, chairul Tanjung tumbuh sebagai seorang remaja yang tangguh. Hal tersebut dibuktikannya dengan diterimanya Chairul Tanjung di Universitas Indonesia. Di kampus bergengsi tersebut, Chairul Tanjung memilih jurusan Kedokteran Gigi dan lulus pada tahun 1987. Tidak hanya itu saja, pada tahun 1984-1985, Chairul Tanjung juga pernah terpilih sebagai Mahasiswa Teladan Tingkat Nasional.

Selain pintar, Chairul Tanjung juga merupakan pribadi yang mandiri. Hal tersebut ia buktikan dengan membiayai semua kebutuhan kuliahnya. Bagaimana caranya? Selama duduk di bangku kuliah, Chairul Tanjung berjualan buku kuliah, kaos, dan lain sebagainya. Chairul Tanjung tidak malu meskipun harus berjualan di lingkungan kampusnya sendiri. Tidak hanya itu saja, Chairul Tanjung juga pernah membuka usaha fotokopi di kampusnya, toko peralatan kedokteran, dan laboratorium di kawasan Senen Raya, Jakarta Pusat. Namun sayangnya, bisnis Chairul Tanjung tersebut tidak bisa bertahan lama dan harus ditutup karena bangkrut.

Setelah Chairul Tanjung lulus dari bangku kuliahnya, semangat bisnisnya ternyata masih tetap ada. Bersama ketiga rekannya, Chairul Tanjung pun mendirikan PT Pariarti Shindutama yang bergerak dalam bidang industri ekspor sepatu. pada waktu itu, Chairul Tanjung dan ketiga temannya mendapatkan modal berupa pinjaman dari Bank Exim sebesar Rp150 juta. Chairul Tanjung cukup bangga dengan bisnisnya tersebut, karena pada waktu itu Chairul Tanjung dan teman-temannya sempat mendapatkan pesanan 160 ribu pasang sepatu.

Chairul Tanjung bisa dikatakan sebagai sosok yang tidak mau cepat puas. la terus berusaha untuk melakukan yang terbaik dengan memaksimalkan semua kemampuan yang dimilikinya. Dari keuntungannya di PT Pariarti Shindutama, Chairul Tanjung mencoba mencari peruntungan baru dengan menekuni bisnis genting, sandal, dan juga properti. Namun sayangnya, Chairul Tanjung terpaksa keluar dari perusahaan tersebut karena perbedaan visi tentang perluasan usaha.

Chairul Tanjung juga sempat mendirikan sebuah perusahaan yang diberi nama Para Group. Perusahaan ini terbagi menjadi empat bagian yaitu Para Inti Holdindo yang merupakan father holding company, Para Global Investindo yang bergerak pada bisnis keuangan, Para Inti Investindo yang fokus pada media dan investasi, dan juga Para Inti Propertindo yang bergerak di bidang properti. Kemudian setelah Para Group berkembang dengan pesatnya, Chairul Tanjung mengubah nama perusahaannya menjadi CT Group.

Di tahun 1994, Chairul Tanjung mulai tertarik dengan bisnis perbankan. Kemudian ia pun mewujudkan rasa ketertarikannya tersebut dengan membeli Bank Karman yang pada waktu itu kinerjanya tidak bagus. 
"Untuk membeli bank ini dibutuhkan dana sekitar Rp 50 miliar. Wah, uang sebanyak itu bisa didapatkan dari mana ya? Untung saja, ternyata sistem pembayarannya bisa dicicil. Lalu, kami mengubahnya dengan nama Bank Mega," Ucap Chairul Tanjung mengenang awal mula berdirinya Bank Mega. 
Berkat kegigihan dan profesionalisme Chairul Tanjung, Bank Mega pun tumbuh dengan pesatnya. Pada tahun 2014, Bank Mega tercatat sudah memiliki lebih dari 9000 karyawan. Chairul Tanjung sangat yakin bahwa di tahun 2015, Bank Mega akan memiliki penambahan jumlah karyawan. Chairul Tanjung memang sangat fokus terhadap pertumbuhan usahanya.

Pada tahun 1998, Chairul Tanjung jatuh cinta dengan bisnis broadcast. pada waktu itu, ia bertemu dengan sahabatnya, bisnis broadcast memiliki pasar dan perputaran uang yang sangat besar Lebih dari 90% perputaran uang iklan bisnis ada di televisi.

Merasa tertarik dan tertantang dengan apa yang disampaikan oleh Ishadi SK, Chairul Tanjung pun mendirikan Trans TV. Bila dilihat dari modalnya, Trans TV didirikan dengan modal yang minim, tidak seperti RCTI maupun SCTV. Pada tahun-tahun awal, Trans TV memang belum menunjukkan perkembangan yang baik. Namun setelah Chairul Tanjung membeli saham TV7 dari Jakob Oetama, Chairul Tanjung semakin kokoh menjalankan bisnis broadcasting-nya.

Chairul Tanjung kembali tertantang untuk menekuni bisnis baru, kali ini adalah sebuah taman wisata. Bersama dengan Jusuf Kalla, Chairul Tanjung pun membuat sebuah taman wisata senilai Rp 1 triliun yang ia beri nama Trans Studio Theme Park. Taman wisata tersebut terletak di kawasan Tanjung Bunga, Makassar. Konon, Chairul Tanjung mengadopsi gaya Disneyland untuk taman wisata tersebut.

Untuk membangun Trans Studio, Chairul Tanjung mengajak Gary Goddard, seorang konseptor dari The Jurassic Park River Adventure untuk Universal Creative di Hollywood, Star Trek: The Experience untuk Paramount Park di Nevada (1998), The Amazing Adventure of Spiderman di Florida, dan masih banyak lagi.

Meskipun tergolong konglomerat, tapi Chairul Tanjung tidak suka menghambur-hamburkan uangnya. Hidupnya sangat sederhana, bahkan jauh dari kesan menyombongkan harta bendanya. Pada tahun 1998, Chairul Tanjung pernah membagikan sembako kepada 100.000 orang melalui program Mega Berbagi. Tidak hanya itu saja, Chairul Tanjung juga mendirikan sebuah yayasan yang bernama Chairul Tanjung Foundation (CTF).

Melalui yayasan tersebut, Chairul Tanjung ingin mengajarkan semangat kewirausahaan kepada anak didiknya. Perlu diketahui bahwa CTF ini menampung lebih dari 60 siswa setara SMA. CTF sendiri lebih fokus pada pemberian pendidikan gratis kepada anak-anak cerdas yang tidak mampu. Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan dan asrama secara cuma-cuma atau tidak dipungut biaya. Hebatnya lagi, Chairul Tanjung semakin sukses setelah ia mendirikan yayasan tersebut.

Salah satu kesuksesan yang tidak kalah besarnya adalah dengan terpilihnya Chairul Tanjung sebagai Menko Perekonomian. Tepatnya 16 Mei 2014 lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunjuk Chairul Tanjung sebagai Menko perekonomian untuk menggantikan Hatta Rajasa yang telah resmi mengundurkan diri untuk maju sebagai Cawapres pada Pilpres 2014. Chairul Tanjung dilantik pada hari senin, 19 Mei 2014 di Istana Negara berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 2014.