Vonny Chyntia Kirana, Memilih Berbisnis Fesyen daripada Jadi Desainer

Selamat Datang di Blog Materi IPA. Judul Postingan Kali ini tentang Vonny Chyntia Kirana, Memilih Berbisnis Fesyen daripada Jadi Desainer . Semoga bermanfaat untuk dibaca.

Berbakat menggambar sejak kecil, Vonny Chyntia Kirana mendirikan Lady Voo, clothing line baju-baju wanita siap pakai (ready to wear) yang desainnya tidak mudah ketinggalan zaman. Ia memilih jalur yang berbeda dari teman-temannya selepas kuliah fesyen, yaitu jalur kewirausahaan.

Gadis kelahiran Pematang Siantar, Sumatera Utara, pada 10 Agustus 1987 ini sudah memiliki bakat gambar sejak kecil. Saat SMP ia suka membeli majalah mode seperti Dewi dan ia ingin bisa membuat baju-baju seperti yang ditampilkan di majalah itu. la pun meyakini bahwa passion-nya adalah di bidang mode.

Orang tua Vonny sadar kalau ia memang menyukai mode, tetapi pekerjaan sebagai desainer tidak mereka anggap menjanjikan. Bahkan, ia disarankan mencari pekerjaan lain yang lebih pasti. Vonny yakin dengan dirinya, sehingga ia minta untuk disekolahkan di Ecole Superieure des Arts et Techniques de la Mode (ESMOD) Jakarta selulusnya dari SMA. Di sana, ia mendapat tugas mengerjakan 2-3 proyek per minggu. Sambil kuliah Vonny juga mengikuti berbagai lomba mode. Tugas berat di ESMOD membuatnya semakin berprestasi di berbagai lomba itu, mulai dari 60 besar, perlahan-lahan ia masuk menjadi 10 besar.

Lulus kuliah, ia sempat bingung memutuskan masa depannya. Berdasarkan pengalaman magang di majalah Seventeen, perusahaan garmen, sampai di perancang busana, ia tidak sreg berkarier sebagai perancang, la melihat banyak teman dan kakak kelasnya bekerja sebagai asisten desainer, bertahun-tahun hanya membawa nama sang desainer bukan dirinya. Vonny merasa jalan ini membuang-buang waktunya, la mulai membuat rancangan dengan brandnya sendiri pada tahun 2009 bernama Lady Voo dengan penjualan yang dimulai dari jejaring sosial.

Untuk memperluas wawasan sekaligus memper­kenalkan brandnya, Vonny mengikuti berbagai lomba. Salah satunya adalah Gading Fashion Entrepreneur Award (GFEA) 2010, lomba khusus untuk wirausahawan mode dan busana siap pakai. la menang GFEA 2010 dan mendapat beasiswa untuk kembali ke kampusnya, belajar Fashion Business Retail di ESMOD. Di sana, ia belajar banyak tentang bisnis fesyen dan pemasarannya. Lewat GFEA 2010 pula, ia mendapatkan pembimbing dari pemilik The Catwalk Fashion Gallery di Mal Kelapa Gading, Musa Widyaatmodjo. Hasil karyanya pun masuk di The Catwalk. Lewat GFEA 2010, Lady Voo berkembang pesat hingga sekarang.

Pameran demi pameran yang diikuti oleh Vonny membuat Lady Voo dikenal berbagai toko fesyen dan ditawari untuk masuk ke toko-toko tersebut. Tidak ingin pasif hanya menunggu jadwal pameran, Vonny aktif mencari tempat sendiri, memperkenalkan diri, dan mendatanginya satu per satu. Tanggapan mereka positif.

Kini, ada lima toko ritel yang menjual produk-produk Lady Voo : The Catwalk Mal Kelapa Gading, Alun-alun Indonesia Central Park, Alun-alun In­donesia Alam Sutera, Alun-alun Grand Indonesia, dan Manekineko. Secara online, produknya terjual di BerryBenka.com, FashionBiz.co.id, dan LocalDesigner.com. Tahun 2013 ini, Vonny mendapatkan anugerah Juara 2 Indonesia Fashion Week 2013.

Tips dan Quote
  1. Mengikuti berbagai perlombaan akan mengasah pengetahuan kita sebagai pebisnis, plus exposure yang pasti akan membuat bisnis kita dikenal.
  2. Kuasai sales channel, seperti Vonny yang menguasai toko toko offline dan online. tidak hanya menjualnya sendiri secara online.