Royas Amri Bestian : Dengan Otak Kanan, Mengubah Hobi Gambar Jadi Bisnis

Selamat Datang di Blog Materi IPA. Judul Postingan Kali ini tentang Royas Amri Bestian : Dengan Otak Kanan, Mengubah Hobi Gambar Jadi Bisnis . Semoga bermanfaat untuk dibaca.
Bagi orang tua zaman ,dulu, anak yang memiliki hobi menggambar pasti ditentang keras, karena dianggap itu hanya main-main saja dan tidak memiliki masa depan. Untung Royas Amri Bestian tidak lahir di keluarga seperti itu. la bersama para kakaknya yang sudah hobi menggambar sejak kecil, kini sukses menjalankan perusahaan agensi kreatif bidang komunikasi visual.


Royas, kelahiran Bekasi, 7 Juni 1962, memiliki kegemaran menggambar sejak kecil. Bungsu dari empat bersaudara ini dari, kecil sudah memanfaatkan kreativitasnya untuk mendapatkan tambahan uang saku. Saat SD, ia suka membuat pistol-pistolan dan dompet yang dijual ke teman-temannya. Di SMP, Royas, yang buku pelajarannya sampai habis digambari, suka membuat kartu nama yang digambar dengan spidol dan cat poster. Teman-temannya pun tertarik.

Kegemarannya berlanjut saat SMA, saat ia bersama kedua kakaknya, Riga Azhar Firdauzi dan Ogie Urvil RA, membuat komik bersama dengan label RIROGI, Riga Royas Ogie. Komik mereka ditampilkan di salah satu majalah game.

Saat kuliah di S1 Desain Komunikasi Visual, Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya, Royas bersama kakak-kakaknya di Jakarta membuat kaus bertema budaya Madura (karena kedua orang tuanya berasal dari sana) dengan merek Alapola, konsepnya seperti Dagadu di Yogya atau Joger di Bali. Lulus kuliah pada 2005, ia bergabung dengan kedua kakaknya dan satu orang temannya untuk membuat perusahaan di bidang komunikasi visual, bernama SignDesign. Omong-omong, nama ini terinspirasi dari logat| bicara orang Madura yang suka mengulang-ulang, seperti "te-sate”. Sambil mengembangkan SignDesign, Royas juga bekerja di perusahaan lain sebagai Art Director untuk
menggali ilmu dan pengalaman. Setelah empat tahun, ia| resign untuk fokus di SignDesign.

Awal memulai SignDesign, Royas dan ketiga partnernya melakukan semuanya sendiri. Seperti saat menempel nama sales satu persatu di 3.000 buah buku, atau mencetak seribu buah pin. Pengalaman pahit pernah mencetak ulang ribuan brosur dan buku karena kesalahan menjadi pelajaran berharga.

Tahun 2007, SignDesign diresmikan dalam badan hukum bernama PT Mazaya Asareng. Jumlah karyawan pun sudah 7 orang. Bersama timnya, yang disebut The Right Brain Workers, SignDesign mengukuhkgn posisinya sebagai agensi visual kreatif yang menelurkan ide untuk bentuk ko­munikasi maupun branding berbagai perusahan lokal hingga multinasional. Penerapannya bisa berbentuk apa saja, tidak cuma desain namun juga printing, merchandising, video, fotografi, dan ilustrasi.

Untuk mempromosikan jasanya, mereka me­lakukan "jemput bola" melalui pameran. Dasar otak kanan yang kreatif, bukan pameran desain yang mereka ikuti, namun pameran haji dan umroh karena melihat bahwa target pasar di sana membutuhkan jasanya. SignDesign pun berhasil mendapatkan klien satu biro haji dan umroh yang mem­percayakan desain company profile, buku umroh anak, dan multimedia.

Tahun 2009, omzet SignDesign mencapai Rp 1,2 miliar per tahun.Royas pun diganjar sebagai Finalis Nasional Wirausaha Muda Mandiri tahun 2009.

Saat ini Royas bersama SignDesign Communications juga telah merambah dunia aplikasi game untuk iPhone dan Android. Salah satu karyanya adalah "Let's Pray Ontime". Sebuah game bernuansa Islam yang mengajak anak-anak untuk shalat berjamaah tepat waktu di mesjid. Game ini bertujuan untuk membuka pasar internasional, serta membawa pesan moral islam ke dunia permainan digital. 

Royas juga telah menyelesaikan kuliah magisternya di program Creative & Media Enterprise - Institut Kesenian Jakarta, dengan proyek bisnis yang bernama Motivakids, yaitu bisnis motivasi anak-anak melalui figur kartun yang disukai anak-anak. Masih menggunakan otak kanan, Royas terus mengembangkan bisnisnya.

Tips & Quote
Hobi bisa menjadi awal bisnis. Namun kita harus memiliki kemampuan melihat kebutuhan pasar agar hobi kita bisa 'dibeli'