Ibnu Majid yang terlahir di Julphar (sekarang dikenal dengan Ras Al Khaimah, salah satu dari tujuh kota Uni Emirat Arab) pada 1421 M ini dikenal sebagai ahli pembuat peta atau kartografer. Nama lengkapnya adalah Shihab ad-Din Ahmad bin Majid bin Muhammad bin Amir bin Duwayk bin Yusuf bin Husayn bin Abi Ma'lak as-Sa'di bin Abi ar-Raka'ib an-Najdi. Ayah dan kakeknya terkenal sebagai mualim (Master of Navigator) andal dan ahli tentang Laut Merah. Tradisi aktivitas navigasi keluarga ini di kemudian hari diteruskan oleh cucunya ini, yakni Ibnu Majid. Yang tampaknya justru malah mengungguli leluhur-leluhurnya di bidang ini. Selama hidupnya, Ibnu Majid bahkan memperoleh reputasi sebagai seorang ahli navigator di Samudera Hindia.
Pada saat hidupnya, Ibnu Majid pun telah mampu membuat kompas. Ia juga dikenal sebagai pembuat kompas dengan 32 arah mata angin. Tentu saja kompas ini jauh lebih detail bila dibandingkan dengan kompas buatan para ahli di masa itu, terutama orang-orang Mesir dan Maroko. Kreasinya itu akhirnya dikenal sebagai bentuk awal kompas modern.
Di Arab, Ibnu Majid dikenal sebagai seorang pelaut yang berjuluk ‘Singa Laut’. Konon, orang-orang Portugis bahkan menjulukinya dengan al-Malande atau al-Marante yang berarti"Raja Laut. Beliau memang hidup pada masa akhir abad kelima belas, yang bertepatan dengan mulai maraknya usaha para penjelajah Eropa untuk mencari jalur baru ke Asia. Pada era itu pula, Portugis memiliki seorang pelaut terkemuka bernama Vasco Da Gama. Pelaut kenamaan dari Eropa itu memimpin sebuah ekspedisi bahari untuk menemukan Tanjung Harapan di selatan Afrika pada tahun 1498 M sebagai jalur alternative menuju Asia.
Ketika Ibnu Majid bertemu dengan para pelaut Portugis itu, termasuk dengan Vasco Da Gama, ia kemudian menunjukkan kompas buatannya itu. Kala itu, para pelaut Portugis sangat terkesima melihat kompas dengan 32 arah mata angin itu. Mereka juga mengaku belum pernah melihat kompas seperti itu sebelumnya. Dari sini bisa disimpulkan bahwa keberhasilan Vasco da Gama menemukan Tanjung Harapan tidak bisa lepas dari peranan seorang navigator muslim pemberani bernama Ibnu Majid ini. Sejarah menyebut bahwa Ibnu Majid pernah diangkat sebagai navigatornya Vasco Da Gama, walau penelitian terkini membuktikan bahwa navigator itu bukanlah Ibnu Majid, namun seorang muslim dari Gujarat.
Namun demikian, catatan Vasco da Gama menyebutkan bahwa Ibnu Majid telah menolong Vasco Da Gama dalam melakukan pelayaran dari Tanjung Harapan di Afrika Selatan sampai ke India. Di Institut Studi Ketimuran di Leningrad (St. Petersburg, Rusia), terdapat manuskrip berbahasa Arab berupa tiga bait puisi yang ditulis oleh Ibnu Majid. Puisi itu menjelaskan tentang teknik melakukan pelayaran di berbagai kawasan yang berbeda untuk melintasi Laut Merah, Samudra Hindia pada akhir abad kelima belas dan permulaan abad keenam belas M. Manuskrip tersebut merupakan sebuah petunjuk yang sangat penting untuk melakukan pelayaran karena jelas-jelas orang-orang Portugis tidak akan bisa melintasi Samudra Hindia tanpa bantuan Ibnu Majid karena ombak dan anginnya yang kencang. Pada tahun 1498 M, Vasco Da Gama dinyatakan sukses besar dalam melakukan petualanganya atas bantuan dari "Raja Laut" dari Arab, Ibnu Majid.
Penjelajahannya yang begitu lama di Samudera Hindia telah membuat Ibnu Majid sangat memahami seluk beluk daerah itu. Malahan. la menulis sejumlah pandangannya yang sangat penting bagi dunia kelautan Pada masa itu. Berkat keberaniannya menyusuri daerah baru yang jarang dikunjungi, Ibnu Majid pun kian terkenal. Setiap penjelajahannya didukung dengan perangkat-perangkat yang tergolong canggih pada masa itu, seperti kompas yang dibuatnya sendiri. Dengan bantuan kompasnya, ia juga berhasil menjelajahi daerah pantai benua Afrika, mulai dari Laut Merah ke arah selatan, lalu ke Barat hingga Maroko dan Laut Tengah. Tak diragukan lagi, ilmu kelautan adalah sesuatu hal yang sangat dikuasai dan dipahaminya.
Ibnu Majid juga memberikan penjelasan-penjelasan dan informasi berharga tentang laut yang sangat dibutuhkan oleh para pelaut. Penjelasan yang diberikan Ibnu Majid terkait dengan petunjuk-petunjuk dalam Pelayaran, seperti pengetahuan tentang jarak tempuh antara satu tempat dengan tempat lainnya, tiupan angina, kondisi medan, serta kemudahan-kemudahan yang mungkin dapat diperoleh. Dalam hal ini, Ibnu Majid tampak sebagai seorang guru yang sangat ahli dalam bidang pelayaran.
GR Tibbetts, dalam bukunya berjudul Arab Navigation in the Indian Ocean Before the Coming of the Portuguese, mengunraikan sejumlah karya terpenting dari Ibnu Majid. Diantaranya adalah Kitab al-Fawaid fi Usul Ilm al-Bahr wal-Qawaid atau Buku Pedoman tentang Prinsip dan Peraturan Navigasi, yang ditulisnya pada 1490 M. Buku ini tentu saja sangat bermanfaat, terutama untuk membantu orang-orang di wilayah Teluk Persia yang hendak menielajahi pesisir pantai India, Afrika Timur, dan tempat-tempat lainnya.
Selain itu. Kitab ini merupakan salah satu rujukan terpenting dalam bidang kelautan pada zamannya. Buku itu merupakan ensiklopedia navigasi yang menjelaskan sejarah dan prinsip-prinsip dasar navigasi, letak dan posisi bulan, macam-macam kompas, perbedaan cara berlayar di berbagai jenis perairan. Dibahas pula mengenai posisi-posisi bintang, angin muson dan angin musim laut lainnya, topan, dan beberapa topik lain yang sangat berguna untuk para navigator profesional.
Ibnu Majid menulis buku itu berdasarkan pengalaman pribadinya dan juga pengalaman ayahnya yang juga merupakan seorang navigator terkenal. Selain itu, semua karya Ibnu Majid juga dipadukan dengan teori-teori navigasi yang ia peroleh dari buku-buku yang ditulis oleh para pendahulunya. Selain itu, ia dikenal pula sebagai seorang berpengetahuan luas di bidang pemetaan, astronomi dan geografi. Karya-karyanya dalam bidang tersebut diterbitkan, diterjemahkan dan dikutip oleh para sarjana sepeninggalnya maupun oleh para ilmuwan pada zamannya, baik oleh kalangan bangsa Arab sendiri ataupun dunia Islam umumnya, bahkan oleh sarjana-sarjana Barat. Ibnu Majid juga memperbaiki, memperluas, dan memberi beberapa tambahan yang diperlukan pada karya ayahnya, al-Hijaziyyah. Saat ini, karangan-karangannya, terutama di bidang navigasi, banyak diterbitkan di Paris.