Ika Sufariyanti : Berbisnis Baju Muslim Simpel untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Selamat Datang di Blog Materi IPA. Judul Postingan Kali ini tentang Ika Sufariyanti : Berbisnis Baju Muslim Simpel untuk Ibu Hamil dan Menyusui. Semoga bermanfaat untuk dibaca.
Vannara dan Tanisha. Dua brand baju muslimah ini berawal dari kebutuhan Ika Sufariyanti yang sedang mencari baju muslim dengan desain yang simpel, serta baju muslim yang dapat mengakomodir kebutuhan saat hamil dan menyusui pada 2009.

Sejak kecil, Ika memang kreatif. Saat duduk di bangku SMP, ia suka membuat kartu lebaran dari daun-daun kering dan kertas daur ulang untuk dikirim ke teman-temannya. Saat kuliah, ia dan ibunya sering ke Pasar Tanah Abang Jakarta, Di sana, ia menemukan aksesori-aksesori unik yang dijualnya ke teman-teman kuliahnya.



Bisnis wanita kelahiran 4 Juli 1984 ini bermula dari ke­butuhannya serta didukung oleh kreativitasnya mendesain baju muslim. Ketika itu, Ika tidak menemukan baju muslim dengan desain simpel, namun bahannya berkualitas. Baju muslim yang dijual online kebanyakan ramai oleh hiasan dan manik-manik. Brand Vannara, dengan tagline "the color of simplicity" lahir untuk menyasar anak-anak kuliah dan ibu- ibu muda yang menyukai busana yang simpel.

Brand kedua, yaitu Tanisha, lahir karena Ika kesulitan menemukan baju muslim yang nyaman untuk dipakai saat ia sedang hamil dan menyusui anak pertamanya. Baju untuk ibu menyusui memang berbeda, karena memiliki bukaan di bagian dada untuk memudahkan sang ibu menyusui anaknya.

Pada awalnya, lulusan Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya ini sudah bekerja sebagai distributor baju muslim dari sebuah pabrik. Di sana, ia belajar mengenai sistem keagenan yang kelak diterapkannya di Vannara dan Tanisha. Namun, tahun 2009 ia memberanikan diri untuk membuat baju muslimnya sendiri.

Bermodalkan tabungan sebesar Rp2,5 juta, ia membeli kain warna-warna dasar. Kemudian, ia membuka coret-coretan desain baju muslim yang pernah ia gambar. Se­telah menemukan empat desain yang dirasa cocok, ia membuat empat, baju contoh.

Di sebuah pameran yang digelar komunitas bisnis Tangan Di Atas (TDA) tahun 2009, empat baju contoh yang dipamerkan di sana ludes terjual. Dari sana, mulai ada permintaan agen yang kemudian terus bertambah.Ika bahkan sampai harus meminta suaminya untuk mengundurkan diri dari tempat kerjanya di perusahaan perkapalan untuk membantunya. Ika memfokuskan di desain dan produksi, sedangkan suaminya di pemasaran dan promosi.

Berdasarkan ilmu yang didapatnya saat bekerja di distributor pakaian muslim dulu, ia membuat sistem distribusi ber­dasarkan agen. Diskon bagi para agen diberikan bertingkat, tergantung jumlah baju yang diambil per bulannya. Ika juga membuat online shop di vannara.com dan butiktanisha.com. Sistem seperti ini terbukti memperluas jalur pemasaran baju-bajunya.

Dua tahun setelah bisnisnya meluncur, tahun 2011 yang lalu, Ika sudah memiliki 50 agen lepas di seluruh Indonesia, dengan 20 orang tukang jahit & tujuh orang karyawan.

Tips dan Quote
  • Kamu butuh sesuatu namun tidak ada yang menjualnya? Bisa jadi itu peluang bisnis. Pastikan orang yang punya kebutuhan sepertimu jumlahnya banyak, agar bisa jadi target pasar yang menjanjikan.
  • Gunakan toko online plus sistem keagenan untuk memperluas jalur pemasaran, karena dua channel ini saling melengkapi.