Pewarisan Golongan Darah pada Manusia - Golongan darah merupakan salah satu ciri yang diwariskan pada
manusia. Penentuan golongan darah ini berdasarkan ada atau tidaknya reaksi
penggumpalan antardarah. Berdasarkan hal tersebut, terdapat beberapa macam
penggolongan darah, di antaranya sistem ABO, sistem MN, dan sistem Rh.
Sistem ABO
Penggolongan darah sistem ABO ditemukan oleh K. Landsteiner
sekitar 1900. Ia menemukan bahwa terkadang jika darah seseorang dicampurkan
dengan yang lain, terjadi reaksi penggumpalan (aglutinasi). Akan tetapi, pada
orang lain hal tersebut terkadang tidak terjadi. Berdasarkan hal inilah
terbentuk empat jenis golongan darah, A, B, AB, atau O (nol).
Proses penggumpalan antargolongan darah dipengaruhi oleh
kandungan aglutinogen atau antigen (antibody generator) serta aglutinin
(antibody) pada darah-darah tersebut. Jika antigen bertemu dengan antibodi
lawannya, darah akan menggumpal.
Golongan darah dikendalikan oleh gen I (iso aglutinogen) yang
memiliki tiga macam alel, IA, IB, dan IO. Alel
IA mengendalikan pembentukan antigen A dan alel IB
mengendalikan pembentukan antigen B. Adapun alel IO tidak membentuk
antigen. Alel IO bersifat resesif terhadap alel IA dan
IB. Alel IA dan IB bersifat kodominan, dua gen
tersebut terekspresikan dan tidak ada yang dominan.
Sistem MN
Pada tahun 1927, K. Landsteiner dan P. Levine menemukan
antigen baru yang disebut antigen-M dan antigen-N. Sel darah merah manusia dapat
mengandung salah satu atau kedua antigen tersebut sehingga terdapat golongan
darah M, MN, dan N.
Pada darah manusia, tidak terdapat aglutinin (zat penggumpal)
untuk antigen-antigen ini sehingga transfusi darah tidak dipengaruhi sistem
golongan darah ini. Namun, jika antigen tersebut disuntikkan ke dalam tubuh
kelinci akan terbentuk anti-M atau anti-N dalam darah kelinci yang dapat
menggumpalkan darah tersebut. Kemudian, zat anti-M dan anti-N yang dihasilkan
darah kelinci, digunakan untuk menentukan golongan darah MN pada manusia dengan
melihat reaksi penggumpalan eritrosit. Hal inilah yang menentukan penggolongan
darah sistem MN pada manusia. Perhatikan tabel berikut.
Reaksi Penggumpalan Eritrosit oleh Antiserum Kelinci |
Keterangan :
+ terjadi penggumpalan eritrosit– tidak terjadi penggumpalan eritrosit
Pembentukan antigen M dan N ditentukan oleh alel IM
dan IN. Alel ini bersifat kodominan sehingga alel IM tidak
dominan terhadap IN dan sebaliknya.
Sistem Rhesus
Penggolongan darah berdasarkan sistem Rh ditemukan oleh K.
Landsteiner dan A. S. einer pada 1940. Rh merupakan singkatan dari rhesus,
diambil dari nama kera acaca rhesus. Pada kera ini didapati antigen yang memicu
penggumpalan darah kera oleh antibodi darah kelinci dan marmot yang disuntikkan.
Kelinci dan marmot membentuk antiserum yang kemudian digunakan untuk menguji
darah manusia.
Berdasarkan pengujian, darah manusia dibedakan atas Rh+
dan Rh. individu Rh+ memiliki antigen rhesus. Adapun individu
Rh– tidak memiliki antigen rhesus. Pembentukan antigen Rh ini
dikendalikan oleh gen IRh yang dominan terhadap Irh.
Perhatikan tabel berikut.
Fenotipe, Genotipe, dan Gamet pada Sistem Rhesus |
Perkawinan antara pria dengan Rh+ dan wanita dengan
Rh– dapat menyebabkan keturunannya menderita penyakit eritroblastosis
fetalis. Jika bayi yang dilahirkan memiliki Rh–, kemungkinan bayi
tersebut terlahir normal. Kelainan terjadi jika janin yang dikandung Rh+
yang diwariskan dari orangtua laki-laki.
Jika janin yang dikandung Rh+, sedangkan ibu
Rh–, pada kehamilan pertama bayi tersebut terlahir selamat. Hal ini
disebabkan antibodi ibu terhadap antigen Rh– belum banyak diproduksi.
Akan tetapi, pada kehamilan kedua, jika janin Rh+, janin tersebut
akan diserang oleh antibodi ibu (anti–Rh+). Akibatnya, jika janin
Rh+, akan menderita eritroblastosis fetalis. Keadaan ini tidak
terjadi jika pria Rh– dan wanita Rh+ atau keduanya
memiliki golongan Rh yang sama.