Fungsi dan Komposisi Darah

Selamat Datang di Blog Materi IPA. Judul Postingan Kali ini tentang Fungsi dan Komposisi Darah. Semoga bermanfaat untuk dibaca.

Pengertian dan Fungsi Darah 

Apakah Anda pernah melihat orang yang sedang melakukan donor darah? Atau Anda sendiri pernah melakukannya? Donor darah adalah proses pengambilan darah dari tubuh dengan jumlah tertentu untuk dipindahkan pada tubuh orang lain dengan golongan darah yang sama.

Darah merupakan salah satu komponen sistem sirkulasi (peredaran darah) yang sangat penting. Darah dan sistem peredaran darah memiliki fungsi sebagai berikut.
  1. Mengedarkan sari makanan (nutrisi) dari sistem pencernaan makanan ke seluruh sel-sel tubuh;
  2. Transportasi oksigen dari paru-paru ke sel-sel seluruh tubuh, dan transportasi karbon dioksida dari sel-sel seluruh tubuh ke paru-paru;
  3. Pengangkutan sisa metabolisme dari sel-sel tubuh ke organ ekskresi (pengeluaran);
  4. Pengangkutan hormon dari kelenjar endokrin ke sel-sel atau jaringan target;
  5. Membantu keseimbangan cairan tubuh;
  6. Membantu dalam mengatur suhu tubuh.

Komposisi Darah

 Anda pasti pernah melihat darah. Tahukah Anda komposisi darah tersebut? Komposisi darah dapat diperoleh dengan cara memutar darah dalam suatu tabung dengan kecepatan tinggi. Proses pemutaran darah tersebut dinamakan sentrifugasi. Dari hasil sentrifugasi, darah akan terpisah menjadi dua bagian, yaitu bagian bawah yang padat dan bagian atas berupa cairan. Cairan pada bagian atas adalah plasma darah (55%), sedangkan bagian bawah terdapat sel-sel darah (45%). Perhatikan Gambar berikut.

Komposisi darah setelah disentrifugasi
Komposisi darah setelah disentrifugasi

Plasma Darah

Plasma darah mengisi sekitar 55% dari total volume darah. Salah satu fungsi plasma darah yaitu mengatur keseimbangan osmosis darah di dalam tubuh. Pada manusia, plasma darah tersusun atas air (90%) dan bahan-bahan terlarut (10%). Berikut ini Tabel komposisi plasma darah beserta fungsinya.

Komposisi Plasma Darah
Komposisi Plasma Darah

Sel-Sel Darah

Terdapat sekitar 45% sel-sel darah di dalam darah. Sel-sel darah tersusun atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Untuk lebih memahami komposisi selsel darah dalam tubuh manusia, perhatikanlah Gambar berikut.

sel-sel darah
sel-sel darah


Sel darah merah

Sel darah merah (eritrosit) berfungsi mengangkut atau mengedarkan oksigen dan karbon dioksida. Kemampuan mengikat oksigen dan karbon dioksida oleh sel darah merah adalah karena adanya hemoglobin. Hemoglobin adalah suatu protein yang memiliki daya ikat kuat terhadap O2 dan CO2.

Hemoglobin memiliki dua komponen penyusun, yaitu heme dan globin. Heme adalah suatu pigmen yang mengandung zat besi (Fe). Heme inilah yang menyebabkan darah berwarna merah. Adapun globin adalah sejenis protein yang tersusun atas dua pasang rantai (alfa dan beta). Rantai tersebut berikatan dengan heme yang mengandung zat besi. Hemoglobin yang berikatan dengan oksigen disebut oksihemoglobin, sedangkan hemoglobin yang berkaitan dengan karbon dioksida disebut karbomino hemoglobin. Perhatikan Gambar berikut.

Bentuk sel darah merah
Bentuk sel darah merah
struktur hemoglobin
struktur hemoglobin


Eritrosit memiliki bentuk bulat pipih dengan cekungan di kedua permukaannya (bikonkaf). Eritrosit memiliki diameter 7–8 mikrometer dengan tebal 1–2 mikrometer. Jumlah eritrosit dalam setiap milimeter kubik darah adalah 5–6 juta eritrosit. Hal ini berarti, pada tubuh manusia, terdapat sekitar 30 miliar eritrosit. Jumlah eritrosit di dalam tubuh manusia bervariasi, sesuai dengan jenis kelamin, usia, dan ketinggian tempat orang tersebut tinggal.
Eritrosit diproduksi pada bagian sumsum tulang. Pembentukan eritrosit disebut eritropoesis. Di dalam peredaran darah, eritrosit dapat hidup sekitar empat bulan (120 hari). Eritrosit yang sudah tua atau rusak akan diuraikan di dalam hati. Hemoglobinnya dipecah menjadi zat besi, bilirubin, dan globin. Zat besi dan globin dapat digunakan kembali oleh tubuh, sedangkan bilirubin dikeluarkan menjadi cairan empedu.

Sel darah putih

Sel darah putih (leukosit) berfungsi dalam pertahanan dan kekebalan tubuh. Leukosit akan mempertahankan tubuh dari serangan penyakit. Fungsi tersebut didukung oleh kemampuan leukosit untuk bergerak amoeboid (seperti Amoeba) dan sifat fagositosis (memangsa atau memakan).

Berdasarkan ada atau tidaknya granula di dalam sitoplasmanya, leukosit dibagi menjadi leukosit tidak bergranula (agranulosit) dan leukosit bergranula (granulosit).

a.) Agranulosit
Agranulosit merupakan leukosit yang tidak memiliki granula pada sitoplasmanya. Terdapat dua jenis agranulosit, yaitu limfosit dan monosit. Limfosit adalah leukosit yang tidak dapat bergerak dan memiliki satu inti sel. Limfosit berfungsi dalam membentuk antibodi. Limfosit berukuran antara 8–14 mikrometer. Monosit berukuran lebih besar daripada limfosit, yaitu 14–19 mikrometer. Monosit memiliki inti berbentuk menyerupai ginjal.

b.) Granulosit
Granulosit merupakan leukosit yang memiliki granula pada sitoplasmanya. Berdasarkan sifat-sifat granul yang dimilikinya, granulosit dibedakan menjadi tiga, yaitu neutrofil, basofil, eosinofil.

Neutrofil memiliki granul-granul yang dapat menyerap zat warna netral. Basofil memiliki granul-granul yang dapat menyerap zat warna bersifat basa. Adapun granul-granul pada eosinofil dapat menyerap zat warna yang bersifat asam.

Jumlah leukosit pada manusia sekitar 5.000–10.000 dalam setiap milimeter kubik darah. Jumlah tersebut lebih kecil dibandingkan jumlah eritrosit. Limfosit biasa diproduksi di jaringan limfa dan di sumsum tulang. Leukosit hanya berumur beberapa hari saja, bahkan beberapa jam.

Keping darah

Keping darah disebut juga dengan trombosit. Trombosit berbentuk bulat, lonjong, bahkan berbentuk tidak beraturan. Trombosit tidak memiliki inti dan berukuran lebih kecil dibandingkan eritrosit.

Jumlah trombosit sekitar 250.000–400.000 dalam setiap milimeter kubik darah. Trombosit dapat hidup selama delapan hari. Trombosit berfungsi dalam proses penggumpalan darah. Baca Selanjutnya: Proses Pembekuan Darah.