Gadis kelahiran kota kecil Lampung, 4 Maret 1987 ini sempat kuliah komputer di Universitas Bengkulu, lalu bejar fesyen di Raffles. Namun, ia drop out dan sempat bingung mau melakukan apa. Selphie mencoba mengirim resume CVnya untuk melamar kerja, namun tidak ada perusahaan meresponsnya.
Berbekal ilmu yang ia miliki, Selphie ikut serta di kompetisi Young Designer International. Ia terpilih menjadi salah finalis di New York Fashion Week dan bertemu dengan 15 desainer muda asal London, Dubai, Miami, Australia. China dan sebagainya. Walaupun tidak keluar sebagai pemenang, kompetisi ini membuka matanya untuk menjadi siap dengan pasar luar negeri.
Ia memulai bisnisnya dengan satu mesin jahit tanpa karyawan. Brand yang dipilih adalah namanya sendiri, yaitu Selphie Bong serta Bong’s, agar ia komitmen terhadap kualitas hasil desainnya.
Seiring dengan pertumbuhan bisnisnya, ia bisa menambah mesin-mesin jahitnya. Dengan keterbatasan modal sendiri, ia akhirnya bisa membuka butik pertamanya di Ubud. Bali, sejak September 2009. Bali dipilih karena banyaknya turis yang datang serta memiliki international exposure yang lebih baik dibanding Jakarta.
Pembeli produk-produk Selphie kebanyakan berasal dari luar negeri. Kebanyakan dari Perancis, Italia, Inggris, Rusia, juga Spanyol dan Jerman. Ternyata orang Indonesia sendiri lebih milih produk dengan merek Eropa karena dianggap lebih prestise dan branding-nya yang kuat. Menurut Selphie, konsumen luar negeri lebih menghargai desain dan tidak terlalu peduli dengan branding.
Sebagai desainer, prestasi Selphie antara lain adalah satu-satunya orang Indonesia yang menjadi haute couture designer di acara The United Nation Year of Biodiversity 2010 dan merupakan satu dari 15 desainer papan atas Indonesia. Kini ia telah memiliki tiga butik yang semuanya di Bali, yaitu di Ubud, Seminyak, dan Oberoi.
Tips dan Quote
Pandai-pandailah memahami target pasar, seperti Selphie yang memahami mengapa orang Indonesia justru tidak membeli hasil karya desainnya.
Pandai-pandailah memahami target pasar, seperti Selphie yang memahami mengapa orang Indonesia justru tidak membeli hasil karya desainnya.