Egar Putra Bahtera : Pebisnis Sepatu Kulit Mewah Chevalier

Selamat Datang di Blog Materi IPA. Judul Postingan Kali ini tentang Egar Putra Bahtera : Pebisnis Sepatu Kulit Mewah Chevalier. Semoga bermanfaat untuk dibaca.

"Perajin sepatu Indonesia dapat membuat sepatu kulit yang tidak kalah mutunya dibanding buatan luar", itu adalah keyakinan Egar Putra Bahtera. Berawal dari belajar seluk-beluk pembuatan sepatu di internet, mahasiswa ini punya omzet di atas seratus juta rupiah per bulan.

Mahasiswa Teknik Pertambangan ITB angkatan 2009 ini mengawali perjalanan bisnisnya dengan berjualan kaus dan jaket di forum Kaskus. Usianya saat itu masih 17 tahun, namun ia bisa mendapatkan uang tambahan Rp 1-2 juta per bulannya. Enam bulan berjualan kaus dan jaket, ia melirik bisnis lainnya. Kebetulan ia gemar mengoleksi sepatu, sehingga bisnis itulah yang akan Egar buat.

Orang tuanya sempat tak setuju karena takut kuliahnya terlantar. Lagi pula ia tidak punya kemampuan membuat sepatu. Seakan menjawab tantangan orang tuanya, Egar memanfaatkan Google dan YouTube untuk mempelajari A-Z mengenai pembuatan sepatu berkualitas tinggi.

Pengetahuan pembuatan sepatu yang ada di kepala ia bawa ke perajin sepatu yang ia kenal. Konsep sepatu yang ingin dibuat sudah jelas : elegan, berkelas, dan mewah. Menggunakan modal hasil jualan di Kaskus, terciptalah 12 pasang sepatu kulit mewahnya yang ia beri merek Chevalier, artinya ksatria dalam bahasa Perancis. Bulan April 2011, Chevalier resmi diluncurkan, dan mengalami BEP langsung dalam waktu tiga hari setelah habis dibeli teman-temannya.

Harga sepatu Chevalier memang tidak murah, dipatok paling murah Rp799 ribu. Namun ada harga ada kualitas. Sepatu Chevalier menggunakan kulit asli yang diimpor, sehingga lebih kuat dan berkesan tnewah. Desainnya ia adopsi dari merek-merek terkenal dengan ditambah inovasi, sentuhan warna, dan teknik pembuatannya. ’’Amati, tiru, modifikasi" begitu prinsipnya.

Sebagai merek bahu yang belum dikenal, tidak mudah menjual sepatu-sepatu Chevalier pada awalnya. Menyerah tidak ada di kamus Egar. Ia pun mengikuti berbagai pameran untuk memperkenalkan sepatunya. Dari salah satu pameran yang ia ikuti di Grand .Indonesia, Jakarta, produknya dikenal dan Egar langsung ditawari oleh sembilan toko. Selain penjualan di toko-toko sepatu, Egar memanfaatkan internet untuk menjual Chevalier, yaitu di situsnya chevalierstore.com dan di forum komunitas yang menggilai fesyen. Sepatunya pernah di-rewew oleh salah fatu forum fesyen terkenal yang mengerek brand miliknya ini.

Egar juga memproduksi dompet dan tas. Ia mempekerjakan tiga orang perajin uhtuk, membuat sepatu dan masing- masing dua perajin untuk dompet dan tas. Selain Chevalier yang merupakan top brand, Egar juga memiliki brand dengan harga yang lebih terjangkau dengan kualitas sama bagusnya, bernama Cannes yang bisa dibeli di cannesstore.com.

Kini, dalam sebulan omzet yang ia dapatkan bisa melebihi seratus juta rupiah. Keuntungan dari Chevalier ia putar lagi untuk membuka restoran bernama Dapoer Bambu dekat kam­pusnya. .

Tujuan Egar berbisnis adalah untuk membanggakan kedua orang tuanya. Menurutnya, jika niat kita dituluskan untuk mereka, hasil bisnis akan lebih baik. Egar juga berbagi tips suksesnya, ’’Untuk mencapai sukses butuh 3 hal : kerja keras, smart, dan sedekah. Kerja keras membuat kita bisa sukses, smart mempermudahnya, dan sedekah mempercepatnya.

Egar bisa dihubungi melalui e-mail egar.pb@gmail.com atau Twitternya @egarpb.

Tips dan Quote
  • Bagi produk-produk fesyen, salah satu cara mengenalkan produk kita adalah lewat pameran
  • Bila kita memiliki beberapa iems produk dengan harga/segmen pasar berbeda, gunakan label branding yang berbeda pula.