Ali bin Abbas Al-Majusi : Dokter Ahli Bedah Penulis Berbagai Buku Rujukan Medis

Selamat Datang di Blog Materi IPA. Judul Postingan Kali ini tentang Ali bin Abbas Al-Majusi : Dokter Ahli Bedah Penulis Berbagai Buku Rujukan Medis. Semoga bermanfaat untuk dibaca.

Ali Abbas Al-Majusi adalah seorang dokter profesional yang juga dikenal luas sebagai penulis buku-buku medis yang masih tetap digunakan sebagai rujukan selama ratusan tahun pada Abad Pertengahan. Beliau terlahir di Ahvaz, Persia Tenggara dan menimba ilmu dari Syeikh Abu Maher Musa ibnu Sayyar dan di Eropa ia lebih dikenal dengan nama Haly Abbas. Beberapa prestasi besarnya yakni mendirikan sebuah rumah sakit di Shiraz, Persia, serta Rumah Sakit Al-Adudi di Baghdad. Tidak ada data lengkap mengenai kapan beliau dilahirkan namun beliau diperkirakan meninggal antara tahun 995 M.

Dokter dan psikolog muslim ini juga turut berjasa dalam mengembangkan teknologi pengolahan aspal menjadi minyak. Caranya, papar Al-Majusi, endapan aspal itu terlebih dulu dipanaskan sampai mendidih di atas ketel. Lalu, untuk mendapatkan cairan minyak, endapan aspal itu harus diperas sampai mengeluarkan minyak. Ilmuwan dari Persia itu cukup dikenal di Barat lewat buah pikirannya yang berjudul Kitab Al-Maliki serta Kitab Kamil as-Sina’a at-Tibbiyya (Complete Book of the Medical Art atau Rujukan Lengkap tentang Seni Pengobatan). Berbagai buku teks kedokteran dan psikologi lain yang ditulisnya juga sangat berpengaruh di Barat.

Kamil al-Sina’a adalah karya legendaris Ali Abbas Majusi yang mengulas tentang ilmu bedah hingga ke inti-intinya, terutama dalam buku volume 9. Buku ini sangat spektakuler karena terdiri dari 110 bab. Volume 10 sendiri masih dilengkapi lagi dengan sebuah teori khusus mengenai terapi pembedahan, padahal kala itu ilmu pembedahan masih tergolong dalam kategori ilmu yang kurang diminati di dunia Islam. Kitab tentang ilmu bedah tersebut baru muncul pertama kali dalam terjemahan-terjemahan literatur berbahasa Arab pada abad kesembilan M. Dari sana, secara perlahan-lahan, buku fenomenal ini mulai memasuki Eropa di Abad Per­tengahan.

Secara umum, keunggulan ilmu dan teknologi bedah Arab (dalam konteks ini Arab dianggap sebagai representasi dari peradaban Islam) sepanjang Abad Pertengahan di Eropa (dalam hal ini mewakili dunia Barat yang Nasrani) nyaris menjadi semacam mitos. Mem­bandingkan kemajuan sains kaum muslimin yang pesat dengan keadaan bangsa Barat pada masa itu bisa dikatakan sebagai sesuatu yang “aneh”. Meskipun pada kenyataannya, di kemudian hari, bangsa Barat ternyata lebih mampu membuat loncatan-loncatan besar berkat “jasa” peradaban Islam di Abad Pertengahan.

Buku beliau yang di­persembahkan untuk Sul­tan Biiwaih, Adud ad-Daulah, mempunyai peranan yang besar dalam memajukan ilmu kedok­teran, khususnya ilmu bedah. Buku tersebut pernah menjadi teks stan­dar di sekolah-sekolah kedokteran selama beberapa tahun. Ali Abbas juga termasuk ilmuwan yang pertama kali membahas mengenai susunan dan fungsi pipa kapiler, serta memberikan penjelasan yang benar tentang kelahiran bayi sebagai suatu reaksi dari otot-otot rahim pada saat yang tepat saat proses kelahiran. Anggapannya ini untuk membantah anggapan kuno, yang telah dipercaya selama berabad-abad, bahwa kelahiran adalah sebagai suatu “usaha sukarela" dari pihak bayi yang mau lahir.

Ali Abbas al-Majusi, selain tenar sebagai dokter profesional, juga dikenal luas sebgaai penulis buku-buku medis yang masih tetap digunakan selama ratusan tahun pada Abad Pertengahan. Ia juga sering disejajarkan dengan ilmuwan-ilmuwan muslim seperti Zakariya Razi dan Ibnu Sina. Penemuan-penemuan barunya yang kemudian diabadikan dalam wujud tulisan-tulisan lepas dan buku-buku karya ilmiah telah menjadi pemicu bagi munculnya inovasi-inovasi baru - baik itu melalui proses asimilasi, kombinasi, dan sebagainya - yang pada tahapan berikutnya mampu menegakkan sebuah kultur yang “baru” pula.

Buku ini dianggap lebih sistematis dan lebih ringkas dibandingkan ensiklopedia karya Al-Razi yang berjudul Al-Hawi. Bahkan, jika dibandingkan dengan The of Medicine karya Ibnu Sina yang legendaris itu, kitab Al-Maliki ini dipandang jauh lebih praktis. Kitab Al-Maliki sendiri terbagi dalam 20 diskursus, di mana 10 bab pertama mengulas teori dan 10 bab sisanya mengupas praktik kedokteran. Kitab karya Al-Majusi itu lalu diterjemahkan oleh Constantinus Africanus ke dalam bahasa Latin dengan judul Liber Pantegni.

Buku inilah yang kemudian menjadi teks rujukan di Sekolah Kedokteran Salernitana di Salerno yang ia dirikan. Secara utuh, kitab itu diterjemahkan oleh Stephen Antioch pada tahun 1127 M. Buku kedokteran itu lalu dicetak di Venesia pada 1492 dan 1523 M. Dalam karyanya itu, Al-Majusi menekankan pentingnya hubungan yang sehat antara dokter dan pasien, Hubungan itu, kata dia, sangat penting dalam etika kedokteran. Kitab itu juga mengupas secara detail metodologi ilmiah yang berkaitan dengan riset biomedikal modern. Secara khusus, sang ilmuwan juga mengupas seluk-beluk masalah psikologi dalam bukunya The Complete Art of Medicine.