Zubair bin Awwam ra., Sang Pembela Rasulullah

Selamat Datang di Blog Materi IPA. Judul Postingan Kali ini tentang Zubair bin Awwam ra., Sang Pembela Rasulullah . Semoga bermanfaat untuk dibaca.
Jika kalian ingin mengetahui bagaimana persahabatan yang sehidup semati, belajarlah dari persahabatan antara dua orang mulia ini, Thalhah bin Ubaidillah ra., dan Zubair bin Awwam ra.

Thalhah dan Zubair memang sudah dipersaudarakan oleh Rasulullah di Mekkah, sebelum berhijrah. Keduanya sama-sama perintis perjuangan dari rumah Arqam bin Arqam. Kebetulan keduanya juga masih termasuk Kerabat Rasul. Ibu Zubair yang bernama Shafiyah binti Abdul Muthalib tidak lain adalah bibi Rasulullah.

Keduanya memiliki banyak persamaan. Sama-sama berasal dari suku yang dihormati, sama-sama orang kaya, pebisnis sukses, pemurah, baik hati, dan teguh dalam keimanan. Kematian keduany  pun hampir sama. Sama-Sama dibunuh oleh orang-orang yang zalim. Mereka pun sama-sama dimakamkan di Bashrah yang dipimpin oleh Ali bin Abi Thalib ra.

Sama seperi Thalhah, Zubair pun termasuk dalam sepuluh orang sahabat yang dijamin masuk surga. "Thalhah dan Zubair adalah tetanggaku, di surga,” Sabda Rasulullah tentang keduanya.


Zubair termasuk generasi awal dari para sahabat atau Assabiqunal Awwalun. Dia menerima cahaya iman saat usianya baru 15 tahun. Ada juga pendapat yang mengatakan Zubair sudah beriman sejak usia kanak-kanak. Untuk kebenarannya, hanya Allah SWT., yang tahu.

Sebagian penduduk Mekkah mengenalnya sebagai sosok yang pemberani dan penunggang kuda yang andal. Keberaniannya ditunjukkan saat rumor wafatnya Rasulullah karena serangan kaum musyrik sampai ke telinganya. Zubair langsung mencari kebenaran berita itu. Dengan menunggang kuda dan membawa pedang dia mencari kepastian berita itu Ke pelosok Kota Mekkah. Dia berjanji jika berita itu benar, maka pedangnya akan terhunus untuk mencari pelakunya.

Dalam pencariannya, dia bertemu dengan Rasulullah di puncak bukit. Melihat pedangnya terhunus, Rasulullah pun menanyakan apa yang akan dilakukan oleh Zubair. Maka Zubair menjelaskan niatnya yang akan membela Rasulullah dengan pendangnya. Saat itu Rasulullah pun mendo'akan semoga Zubair mendapat kebaikan dan dengan pedangnya selalu mendapat kemenangan. Wajar sekali kalau para ahli sejarah menyebut Zubair sebagai orang pertama yang mengangkat pedang untuk membela Islam.

Dan dengarlah apa yang diberi Rasulullah sebagai penghargaan atas keberaniannya. “Setiap Nabi memiliki pembela, dan pembelaku adalah Zubair bin Awwam.”

Sama seperti sahabat lainnya, meski berasal dari kalangan bangsawan, Zubair tak luput dari siksaan. Pamannya sendiri, Naufal bin Khuwailid lah yang bertugas mengembalikan Zubair pada berhala-berhala mereka. Naufal pernah mengikat Zubair dan menggulungnya dengan tikar, lalu diasapi hingga Zubair susah bemapas.

“Lepaskan dirimu dari Tuhan Muhammad, maka aku akan melepaskanmu dari tikar ini!” Gertak sang paman keras.

Zubair yang tak kenai gentar malah menjawab, “Demi Allah, aku tidak akan kembali pada kekafiran untuk selama-lamanya.”

Zubair pernah mengikuti hijrah ke Habasyah sampai dua kali. la tinggal beberapa lama di sana sesuai perintah Rasulullah. Setelah Rasulullah hijrah ke Madinah, Zubair pun menyusul beliau. la mengikuti semua peperangan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

Pada perang Uhud, Zubair menunjukkan aksi terbaiknya. Dengan semangat tinggi dia melindungi Rasulullah dari kepungan musuh. Dia menyerang musuh seorang diri layaknya  100 pasukan. Bahkan setelah perang Uhud selesai, tugas Zubair belum tarnat. Dia dan Abu Bakar diminta memimpin sepasukan kaum muslimin mengejar musuh. Hal itu dilakukan agar musuh berpikir bahwa umat islam masih punya kekuatan dan tidak berani menyerang Madinah.

Keduanya sukses melaksanakan misi itu. Pasukan quraisy yang dalam perjalanan ke Mekkah melihat ada yang membuntuti langsung kocar-kacir. Mereka berpikir bahwa pasukan yang dipimpin oleh Zubair dan Abu Bakar adalah pasukan kecil yang di belakangnya diikuti pasukan besar. Mereka langsung mempercepat langkah, lari ke Mekkah.

Kepahlawanan Zubair tidak hanya berhenti di perang Uhud. Saat perang Yarmuk menghadapi tentara Romawi, banyak pasukan Islam yang merasa gentar. Bagaimana tidak, jumlah tentara Romawi sangat banyak. Mereka juga tentara yang terlatih dan sudah biasa bertempur. Tapi lihatlah Zubair bin Awwam, dengan meneriakkan Allahu Akbar, dia meloncat ke arah musuh dan berperang dengan gagah berani.

Demikian juga saat perang Hunain, di mana umat Islam bisa membuat kocar-kacir suku Hawazin. Zubair juga menunjukkan Keberaniannya pada saat bertugas menembus benteng Bani quridzah. Suku itu memiliki benteng yang sangat kokoh. Hingga dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk menguasainya. Rasulullah pun menugaskan Zubair dan Ali untuk menjadi tim perintis pembuka benteng. Keduanya meloncat ke dalam benteng dan berhasil membuat gentar pemimpin Quraidzah.

Tindakan berani keduanya akhirnya membuahkan terbukanya benteng bani Quraidzah hingga pasukan Islam memetik kemenangan.

Sama seperti Thalhah, Zubair adalah seorang pebisnis yang sukses. Dia dianugerahi kekayaan yang berlimpah, Tapi seperti sahabatnya, dia pun mempergunakan semua hartanya di jalan Allah. Entah itu untuk membantu perjuangan atau pun dibagikan kepada sesama muslim yang membutuhkan.

Di akhir hayatnya, Zubair terlibat dalam perang Jamal. Yang dihadapinya bukanlah musuh melainkan umat Islam yang dipimpin oleh Ali bin Abi Thalib. Ketika Ali mengingatkan Zubair pada pesan Rasulullah, "Wahai Zubair bukankah Rasul sudah pernah mengatakan bahwa engkau akan memerangi Ali. Dan engkau termasuk golongan yang zalim?"

Mendengar kata-kata Ali, Zubair langsung tersadar. Berdua dengan sahabatnya Thalhah, dia meninggalkan medan peperangan. Sayang, saat itu seorang prajurit dari barisan Ali bin Abi Thalib mengikuti Zubair. Amru bin Jarmuz, demikian disebut dalam sejarah nama tentara itu. Dan saat Zubair sedang shalat, Amru pun menusuk Zubair hingga meninggal.

Mengetahui Zubair sudah meninggal, Amru bergegas menemui Ali bin Abi Thalib. Dia berpikir kabar meninggalnya Zubair akan menyenangkan hati pemimpinnya. Tapi Ali ra., adalah orang yang tahu keutamaan Zubair. Maka Ali pun berujar dengan sedih, "Katakan pada dia yang sudah membunuh Zubair putra Shafryah, bahwa orang yang membunuh Zubair tempatnya neraka!"

Ali semakin sedih saat pedang Zubair ditunjukkan padanya. Ali menci um pedang itu lalu menangis. “Demi Allah, selama ini pedang ini melindungi Nabi dari segala bahaya.”


Bersama saudaranya seiman, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair dimakamkan di Bashrah.