Pakar optik termasyhur ini bernama lengkap Abu Sad Al-Ala ibnu Sahl, namun ia lebih dikenal dengan sebutan Ibnu Sahl. Beliau merupakan ilmuwan yang sangat spektakuler. Penemuannya tentang hukum pembiasan cahaya sangat mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang optika. Sebelum para ilmuwan Barat menemukan fakta tentang pembiasan cahaya, Ibnu Sahl telah berhasil mengungkapkannya terlebih dahulu.
Fisikawan muslim asal Arab itu terlahir pada 940 M dan meninggal pada tahun 1000 M. la adalah seorang ilmuwan yang mengabdikan dirinya di istana Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Keberhasilannya dalam bidang optik membuktikan bahwa dirinya adalah seorang ilmuwan besar di era keemasan islam. Ilmuwan yang satu ini tercatat menguasai tiga ilmu penting, yakni optika, matematika, dan fisika. Namun, menurut Len Berggren, Ibnu Sahl juga menguasai ilmu geometri.
Hukum pembiasan cahaya temuannya itu dituangkan dalam sebuah risalah yang ditulisnya pada 984 M dengan judul On Burning Mirrors and Lenses atau Pembakaran Cermin dan Lensa. Dalam risalah itu, Ibnu Sahl mempelajari cermin dan lensa cembung serta titik api. Ibnu Sahl juga menemukan hukum refraksi (pembiasan) yang ia uraikan secara matematis. la menggunakan hukum tentang pembiasan cahaya untuk memperhitungkan bentuk-bentuk lensa dan cermin yang titik fokus cahayanya berada di sebuah titik di bagian poros. Sekitar 600 tahun kemudian, Snell, seorang ilmuwan Belanda juga mengungkapkan hal yang sama. Menurut Snell, sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang datar. Inilah salah satu fakta yang menunjukkan bahwa ilmuwan muslim telah terlebih dulu menemukan berbagai temuan penting dalam khazanah ilmu pengetahuan.
Howard R. Turner dalam bukunya bertajuk Science in Medival Islam pun mengakui bahwa ilmu optik merupakan penemuan asli dari para sarjana muslim. “Ilmu ini merupakan hasil temuan ilmiah para sarjana muslim yang paling orisinal dan paling penting dalam sejarah Islam," ungkapnya. Menurut Turner lagi, Ibnu Sahl adalah sarjana muslim pertama yang mengkaji ilmu optik dengan kualitas riset yang tinggi dan sistematis.
Keberhasilan umat Islam menguasai ilmu optik di masa kekhalifahan berawal dari kerja keras para filsuf, ahli matematika, dan ahli kesehatan yang mempelajari sifat fundamental dan cara kerja pandangan dan cahaya. Di abad kesembilan Masehi, para ilmuwan muslim dengan tekun menggali dan mempelajari karya-karya ilmuwan Yunani (seperti karya Euclid) serta risalah-risalah karya astronom Mesir, Ptolemeus, tentang optik. Sejarah optik modern kerap kali menyebut nama Ibnu Haitham (965-1039) sebagai"Bapak Ilmu Optik Modern". Ternyata, Ibnu Haitham pun banyak terpengaruh oleh Ibnu Sahl. Hasil kerja keras Ibnu Sahl mampu menghasilkan pemahaman baru tentang refleksi cahaya serta prinsip-prinsip persepsi visual. (http://biografi.biz)
Kategori : Sains / Sumber : http://biografi.biz/ibnu-sahl
Fisikawan muslim asal Arab itu terlahir pada 940 M dan meninggal pada tahun 1000 M. la adalah seorang ilmuwan yang mengabdikan dirinya di istana Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Keberhasilannya dalam bidang optik membuktikan bahwa dirinya adalah seorang ilmuwan besar di era keemasan islam. Ilmuwan yang satu ini tercatat menguasai tiga ilmu penting, yakni optika, matematika, dan fisika. Namun, menurut Len Berggren, Ibnu Sahl juga menguasai ilmu geometri.
Hukum pembiasan cahaya temuannya itu dituangkan dalam sebuah risalah yang ditulisnya pada 984 M dengan judul On Burning Mirrors and Lenses atau Pembakaran Cermin dan Lensa. Dalam risalah itu, Ibnu Sahl mempelajari cermin dan lensa cembung serta titik api. Ibnu Sahl juga menemukan hukum refraksi (pembiasan) yang ia uraikan secara matematis. la menggunakan hukum tentang pembiasan cahaya untuk memperhitungkan bentuk-bentuk lensa dan cermin yang titik fokus cahayanya berada di sebuah titik di bagian poros. Sekitar 600 tahun kemudian, Snell, seorang ilmuwan Belanda juga mengungkapkan hal yang sama. Menurut Snell, sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang datar. Inilah salah satu fakta yang menunjukkan bahwa ilmuwan muslim telah terlebih dulu menemukan berbagai temuan penting dalam khazanah ilmu pengetahuan.
Howard R. Turner dalam bukunya bertajuk Science in Medival Islam pun mengakui bahwa ilmu optik merupakan penemuan asli dari para sarjana muslim. “Ilmu ini merupakan hasil temuan ilmiah para sarjana muslim yang paling orisinal dan paling penting dalam sejarah Islam," ungkapnya. Menurut Turner lagi, Ibnu Sahl adalah sarjana muslim pertama yang mengkaji ilmu optik dengan kualitas riset yang tinggi dan sistematis.
Keberhasilan umat Islam menguasai ilmu optik di masa kekhalifahan berawal dari kerja keras para filsuf, ahli matematika, dan ahli kesehatan yang mempelajari sifat fundamental dan cara kerja pandangan dan cahaya. Di abad kesembilan Masehi, para ilmuwan muslim dengan tekun menggali dan mempelajari karya-karya ilmuwan Yunani (seperti karya Euclid) serta risalah-risalah karya astronom Mesir, Ptolemeus, tentang optik. Sejarah optik modern kerap kali menyebut nama Ibnu Haitham (965-1039) sebagai"Bapak Ilmu Optik Modern". Ternyata, Ibnu Haitham pun banyak terpengaruh oleh Ibnu Sahl. Hasil kerja keras Ibnu Sahl mampu menghasilkan pemahaman baru tentang refleksi cahaya serta prinsip-prinsip persepsi visual. (http://biografi.biz)
Kategori : Sains / Sumber : http://biografi.biz/ibnu-sahl