Syekh Ahmad Yasin : Pejuang Palestina

Selamat Datang di Blog Materi IPA. Judul Postingan Kali ini tentang Syekh Ahmad Yasin : Pejuang Palestina. Semoga bermanfaat untuk dibaca.
Berbeda halnya dengan para tokoh besar dunia lainnya yang memilikl tubuh sempurna, tokoh besar yang satu ini memiliki keterbatasan fisik, yakni ia harus duduk di kursi roda. Meskipun demikian, kursi roda itu tidak membatasi ruang geraknya sebagai seorang tokoh besar dunia. Sehingga, ia pun disebut sebagai 'pahlawan di atas kursi roda'.



Ia bernama lengkap Syekh Ahmed Ismail Yasin, atau biasa dipanggil Syekh Ahmad Yasin. la dilahirkan di desa Al-Jaurah, pinggiran Al-Mijdal, selatan Jalur Gaza (sekarang dekat Ashkelon di Israel). Tanggal lahirnya tidak diketahui secara pasti. Menurut paspor Palestinanya, ia lahir pada tanggal 1 Januari 1929, namun ia telah menyatakan sebenarnya telah lahir pada 1938. Sedangkan, sumber Palestina mendaftarkan tahun lahirnya adalah 1937. Saat masih kanak-kanak, ia dan keluarganya telah dipaksa menjadi pengungsi yang diakibatkan oleh perang dengan Zionis Israel pada tahun 1948.

Pada tahun 1987, Yasin mendirikan Hamas (Al-Harakatul Muqawwamatul Islamiyah) dengan rekannya, Abdel Aziz ar- Rantissi dan Khaled Meshal pada tahun 1987. Yasin adalah seorang tunanetra dan paraplegia akibat kecelakaan olahraga pada masa mudanya. Sehingga, ia harus menggunakan kursi roda sepanjang sisa hidupnya. la merupakan pejuang Intifadhah, mujahid dakwah, yang berjuang menegakkan Islam dan Qiyadah/Pemimpin Palestina.

Yasin merupakan tokoh spiritual gerakan Hamas, qiyadah/pemimpin, bagi pejuang dan rakyat Palestina melawan penjajah Zionis Israel. Walaupun usianya uzur, kondisi tubuhnya lumpuh dari leher hingga ujung kaki, dan setiap hari harus menggunakan kursi roda, namun tidak menghalanginya berdakwah, memimpin, dan membina rakyat Palestina, khususnya di Gaza, la memiliki kemuliaan sehingga disegani dan dicintai kawan, serta ditakuti oleh lawan, yang dalam hal ini adalah penjajah Zionis Israel.

Usaha untuk memenjarakan Yasin oleh rezim Zionis Israel tidak pernah padam untuk menghentikan usaha jihadnya dan HAMAS. Pada tanggal 19 Mei 1989, Yasin telah ditangkap oleh pasukan rahasia Israel. Kemudian, pada 16 Oktober 1991, ia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup ditambah 15 tahun lagi oleh Mahkamah Tentara Israel. Namun, pada tanggal 1 Oktober 1997, ia dibebaskan dari penjara Israel akibat tekanan dan ketakutan rezim Israel dengan penentangan yang semakin kuat dari HAMAS dan masyarakat antar bangsa.

Sebagai tokoh spiritual dan pemimpin dalam perjuangan, Yasin banyak memberikan keteladanan bagi pengikutnya dan rakyat Palestina, juga bagi umat Islam yang rindu syahid di jalan Tuhan. Dalam suatu khutbahnya, ia pernah berkata, "Umat ini tidak akan pernah memiliki kemuliaan dan meraih kemenangan, kecuali dengan Islam. Tanpa Islam, tidak pernah ada kemenangan. Kita selamanya akan berada dalam kemunduran sampai ada sekelompok orang dari umat ini yang siap menerima panji kepemimpinan yang berpegang teguh kepada Islam, baik sebagai aturan, perilaku, pergerakan, pengetahuan, maupun jihad. Inilah satu-satunya jalan. Pilih Tuhan atau binasa."

Suatu ketika, ada seorang penganut Kristen di kota Ramallah, Tepi Barat. Bassam Hana Rabbah namanya. Ia datang menemui Yasin untuk mengadukan permasalahannya karena ada seseorang di Gaza melakukan penipuan terhadap dirirya. Yasin yang juga Pimpinan Dewan Islah (Perdamaian) dengan bijaksana mampu mendamaikan antara Bassam Hana Rabbah seorang Kristen dengan seseorang yang telah melakukan penipuan.

Sebagai seorang pemimpin, Yasin tidak cinta dunia, tidak gila harta, bahkan kehidupannya sangat sederhana. Mariyam Ahmad Yasin, anaknya, menceritakan tentang sikap hidup sang ayahnya, "Rumah ayah terdiri atas tiga kamar dengan jendela yang sudah rapuh. Rumah ini sangat sederhana. Ini fakta bahwa ayahku tak cinta dunia, namun cinta akhirat. Banyak yang menawarinya untuk memiliki rumah seperti pejabat tinggi negara, namun ditolaknya. Bahkan, pernah suatu ketika, pemerintah Otoritas Palestina memberi sebuah rumah besar di suatu kampung mewah di Gaza. Namun, tawaran itu pun di tolak. la tidak peduli dengan berbagai bentuk kesenangan duniawi. Rumah ini sangat sempit. Tidak ada lantai, dapur pun ala kadarnya. Jika musim dingin, kami kedinginan. Namun, jika musim panas tiba, kami pun kepanasan. Ayah sama sekali tidak memikirkan untuk merenovasi rumah. la justru sibuk mempersiapkan rumah di akhiratnya. Adapun kondisi psikis, kami cukup sabar, karena kami percaya bahwa kami akan melihatnya lagi di surga-Nya nanti. Untuk itulah, kami juga sangat berharap bisa mati syahid sepertinya."

Pada tanggal 6 September 2003, sebuah helikopter Apache milik tentara rezim Zionis membedil dan menghancurkan rumah Yasin. Namun, ia berhasil selamat dan hanya mengalami cedera ringan di tangan kanannya. Pada akhirnya, ia dibunuh pada hari Senin, tanggal 22 Maret 2004, ketika helikopter Israel menghantamkan 3 roket ke kendaraan Yasin seusai shalat Subuh dan dalam keadaan berpuasa.