Evolusi dan Klasifikasi
Sejak Darwin mengemukakan teori evolusi dalam buku Origin of Species pada 1859, telah banyak penemuan dan kemajuan dalam bidang Biologi. Bagaimana dengan teori evolusi? Adakah kemajuan yang telah dicapai?
Sistematika merupakan suatu pendekatan analisis terhadap keragaman makhluk
hidup dan hubungan evolusi antarorganisme. Adapun hubungan evolusi antarkelompok
organisme ini dikenal dengan filogeni. Sejak Darwin, sistematika memiliki tujuan
selain pengaturan kelompok makhluk hidup secara sederhana, yaitu untuk membuat
klasifikasi yang mencerminkan hubungan evolusi antarmakhluk hidup. Oleh karena
itu, dibuat suatu sistem klasifikasi yang memperlihatkan hubungan evolusi
antarmakhluk hidup. Perhatikan gambar hubungan evolusi dan klasifikasi berikut
ini.
Sebuah pohon filogenetik pada Ordo Carnivora. Pohon filogenetik ini memperlihatkan hubungan antara klasifikasi dan filogeni |
Klasifikasi tersebut telah beberapa kali mengalami perubahan mulai dari
penamaan spesies, pengelompokkan genus, familia, filum, bahkan perubahan tingkat
kingdom. Selama beberapa tahun, banyak rancangan yang telah diajukan untuk
mengklasifikasikan makhluk hidup ke dalam kingdom. Mulai dari klasifikasi dua
kingdom hingga klasifikasi lima kingdom yang diajukan Robert H. hittaker pada
1969.
Para ilmuwan biasanya menggunakan pohon filogenetik untuk menggambarkan
hipotesis tentang sejarah evolusi spesies seperti Gambar diatas. Diagram bercabang
ini memperlihatkan hierarki klasifikasi kelompok makhluk hidup ke dalam kelompok
yang lebih kecil.
Perlu diingat bahwa pola klasifikasi yang dibuat bukanlah pengelompokkan
secara alami, melainkan buatan manusia. Klasifikasi dibuat manusia berdasarkan
perbedaan dan persamaan morfologi, fisiologi, cara reproduksi, dan ciri lainnya.
Pada akhir abad ke-20, perkembangan Biologi Molekular mencapai kemajuan yang
cukup baik. Para ilmuwan telah dapat membedakan dan membandingkan spesies serta
kedekatan secara evolusi melalui pendekatan molekular. Pada tingkat molekular,
kedekatan antara dua spesies sesuai dengan akumulasi perbedaan genom kedua
spesies tersebut.
Pengurutan DNA menjadi alat penting dalam sistematika molekular. (a) Seorang Ilmuwan sedang membandingkan hasil pengurutan DNA. (b) Hasil pengurutan DNA. |
Sistem klasifikasi lima kingdom merupakan salah satu usaha manusia untuk
mengelompokkan keanekaragaman makhluk hidup ke dalam sebuah pola yang baik dan
mencerminkan sejarah evolusi.
Pada akhir dekade, penelitian molekular menemukan
berbagai kejanggalan dalam sistem lima kingdom dan para ilmuwan telah mengajukan
berbagai klasifikasi baru, mulai dari klasifikasi 6 kingdom hingga belasan
kingdom. Perdebatan terjadi hingga akhirnya dicapai persetujuan bersama bahwa
kingdom kehidupan dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok klasifikasi yang lebih
tinggi, disebut domain (Campbell, 2006: 310).
Klasifikasi tiga domain diajukan oleh Carl oese pada 1990 yang menekankan
pembagian prokariot menjadi dua kelompok yang awalnya disebut Eubacteria dan
Archaebacteria. Bukti molekular dan seluler mengindikasikan bahwa dua keturunan
prokariot (Bacteria dan Archaebacteria) berevolusi secara terpisah pada awal
evolusi kehidupan. Bukti molekular juga mengindikasikan Archaebacteria memiliki
kekerabatan lebih dekat dengan eukariot. Akhirnya, terbentuklah tiga domain
kehidupan, yaitu Bacteria, Archaea, dan Eukarya, perhatikan gambar berikut.
Klasifikasi tiga domain |
Hingga kini, klasifikasi tiga domain sedang dikembangkan bersamasama oleh para
ilmuwan. Para ilmuwan bekerjasama mengidentifikasi setiap spesies melalui metode
molekular untuk mengungkap jejak sejarah Evolusi kehidupan.
Hukum Hardy Weinberg
Evolusi secara genetika dapat diartikan sebagai perubahan frekuensi alel gen
dalam populasi. Berdasarkan hal ini, kemungkinan evolusi melalui perubahan alel
gen dapat diprediksi. Pada 1908, dua orang peneliti, George H. Hardy dan Wilhelm Weinberg, secara terpisah menyadari bahwa meskipun segregasi dan rekombinasi gen
selama reproduksi menyebabkan variasi antarketurunan, hal tersebut tidak akan
mengubah frekuensi relatif gen. Berdasarkan hal tersebut, mereka merumuskan
syarat-syarat kondisi yang menyebabkan frekuensi gen dalam populasi tetap
sama.
Syarat-syarat tersebut kini dikenal dengan Hukum Hardy- Weinberg. Menurut
hukum ini, frekuensi relatif gen dalam populasi akan tetap sama dari generasi ke
generasi, jika:
- populasi berukuran besar;
- tidak terjadi mutasi;
- semua genotipe memiliki peluang yang sama;
- tidak terjadi migrasi pada lungkang gen (gene pool);
- semua perkawinan dalam populasi terjadi secara acak.
Syarat-syarat tersebut dapat juga disebut sebagai syarat evolusi tidak
terjadi. Jika syarat ini terpenuhi, evolusi tidak terjadi.
Hukum Hardy- einberg juga dapat dijadikan dasar untuk menghitung frekuensi
genotipe yang berbeda dalam lungkang gen yang stabil. Misalkan, Anda seorang
ahli genetika yang mempelajari sifat warna bunga yang dipengaruhi oleh dua alel
A dan a, yang mengikuti aturan dominansi sederhana pada satu lokus. Gen A
mengatur warna bunga merah dan gen a mengatur warna bunga putih. Setelah
melakukan survei di alam, didapatkan fenotipe bunga putih (aa) hanya 4%, adapun
sisanya 96% bunga warna merah bergenotipe AA atau Aa.