Widya, panggilan akrab Theresia Alit Widyasari, beserta kedua kakaknya, memiliki banyak sekali pengalaman berbisnis, baik yang gagal maupun berhasil. Widya pernah berjualan snack di depan rumah saat SD, berjualan stiker di SMP, dan berjualan merchandise grup band The Moffatts. Kakak-kakaknya pernah berbisnis tambak udang yang gagal karena udangnya dibawa lari partner sehari sebelum panen, menjual daging, saham, sampai martabak pinggir jalan yang tutup karena juru masaknya kabur.
Tahun 2003, bisnis distro sedang menjamur di Bandung. Widya dan kakak-kakaknya tertarik membuka distro sejenis di Jakarta, walau sempat ada yang menganggap bisnis ini tidak punya masa depan. Mereka tidak enak untuk meminta bantuan ayahnya karena bisnis-bisnis mereka sebelumnya selalu berakhir dengan kerugian. Ayahnya yang diajak ke Bandung tertarik melihat industri distro di sana dan mengusulkan mereka pinjam ke bank atas namanya.
September 2003, distro yang mereka namakan Bloop berdiri di daerah Kalimalang. Mereka memulai dengan menjadi penjual, mengambil barang dari Bandung untuk dijualkan di Jakarta, selama tiga kali seminggu. Sebelum ada Tol Cipularang, sekali jalan memakan waktu 3-4 jam.
Seiring perkembangan, Bloop kemudian pindah ke kawasan Tebet Utara yang lebih strategis. Melihat pengunjung Bloop yang makin banyak, mereka memutuskan untuk membuat produk sendiri karena margin keuntungan yang lebih banyak.
Wanita kelahiran 19 Desember 1962 ini dikirim kakaknya untuk mendalami ilmu bisnis fesyen. la pun kuliah di jurusan Fashion Business Management di University of Westminster, London. Mereka yang tadinya hanya menjual kaus, celana dan sandal mulai memiliki variasi produk lebih banyak untuk dijual. Widya yang menjabat sebagai Marketing Director juga mengembangkan berbagai strategi pemasaran yang memberikan efek word of mouth.
Misalnya, strategi memberi hadiah kepada langganan yang sedang ulang tahun. Saat ke Bloop untuk mengambil hadiah itu, mereka akan mengajak teman atau keluarganya yang kemudian akan membeli sesuatu di sana. Lalu, apabila tim marketing Bloop melihat ada orang yang mengenakan produk di tempat umum, mereka akan dihampiri untuk diberi surprise card yang bisa ditukarkan dengan kaus gratis.
Mereka juga suka memberi kejutan kepada pelanggannya. Salah satunya saat tiba-tiba setiap pengunjung diberi sebuah amplop yang berisi voucher ratusan ribu hingga 1,5 juta yang harus dibelanjakan dalam waktu lima menit. Kehebohan itu menciptakan cerita tentang Bloop menyebar dari mulut-ke-mulut.
Apabila ada pelanggan yang komplain, misalnya karena produk yang tidak sesuai, kekecilan, kebesaran, atau sekadar berubah pikiran, mereka selalu boleh tukar produk atau uang kembali. Tidak banyak toko yang berani punya kebijakan seperti ini, sehingga pelanggan akan selalu senang saat berbelanja dan menceritakan pengalaman ini ke teman-teman mereka.
Di awal pendiriannya, Bloop memiliki 50-100 pengunjung setiap harinya, saat akhir pekan hanya mencapai 200-500. Kini, angka pengunjung menjadi 1000-1500 per hari, akhir pekan bisa sampai 2500. Saat lebaran bahkan pernah mencapai 11000 orang.
Distro-distro berikutnya pun mereka dirikan, seperti Endorse dan Urbie yang menjadi merek second line mereka. Bahkan mereka juga masuk ke bisnis kuliner dengan restoran Bebek Ginyo dan DeJons Burger. Tidak heran kalau Widya menjadi pemenang kompetisi Ernst & Young Entrepreneurial Winning Women tahun 2010.
Widya bisa dikontak lewat akun Twitternya @widyabloop. Lihat koleksi mereka di bloopendorse.com.
Tips dan Quote
- Word of mouth itu selalu cara terbaik untuk mempromosikan bisnis kita. Namun, tidak selalu mudah untuk dibuat. Buat sesuatu yang benar benar kreatif dan wow seperti yang dibuat oleh Widya.
- Bisnis di bidang fesyen masih menjanjikan, terbukti dari pemain dan produk baru yang bermunculan. Berikan berbagai kelebihan dan perbedaan agar sukses di antara kompetitor.