Sosok tubuhnya kecil untuk anak seusianya. Namun, Agasha Kareef Ratam telah mengharumkan nama bangsa berkali-kali dalam kompetisi tingkat dunia.
Bersama rekan setimnya, yaitu Nicholas Steven Husada (SD Universal Jakarta Utara), Rezky Arizaputra (SD Al-Azhar 13 Rawamangun, Jakarta), dan Stanley Orlando (SD Santa Ursula, Jakarta), Agasha (SD Al-Azhar Pondok Labu, Jakarta Selatan berhasil meraih medali emas untuk kategori tim di ajang Po Leung Kuk 13th Primary Mathematics World Contest (PWMC) pada Juli 2010 di Hong Kong. Pada kompetisi yang sama pada kategori individu, Agasha berhasil meraih perak.
Cucu mantan presiden B.J. Hablble kelahiran Boston, 21 November 1997 ini sejak kecil memang menyenangi matematika.
"Saya suka matematika karena soal-soalnya menarik dan menantang."
Saat berhasil menjadi juara pada kompetisi matematika tingkat provinsi DKI Jakarta beberapa tahun silam, ternyata Agasha tidak mengikuti satu les tambahan pun.
"Sejak itu, kami sebagai orang tuanya merasa perlu memberikan pembinaan khusus agar kemampuan matematikanya lebih berkembang," papar Ashoya Ratam, ibunda Agasha.
Pada PWMC 2010, Agasha dan teman-temannya harus menyelesaikan 15 soal matematika untuk kategori tim dan 10 soal untuk kategori individu. Semua soal berbentuk uraian dan mereka akui sangat sulit.
Selama satu minggu menjelang perlombaan, tim Indonesia dikarantina dan dilatih dengan soal-soal lomba tahun sebelumnya. Pesan dari sang eyang memotivasinya.
"Saya disuruh Pak Habibie banyak membaca buku dan belajar dari buku," jelas Agasha.
Ditambahkan Ashoya, keikutsertaan Agasha pada lomba-lomba matematika internasional membuatnya lebih mandiri. Meski awalnya sempat merasa khawatir, ia sangat takjub dengan prestasi anak semata wayangnya itu.
Sebelum pencapaian Agasha di PMWC 2010 di Hong Kong, ia juga meraih medali emas dan exploration dalam 6th International Mathematics and Science Olympiad (IMSO) tingkat dasar di Yogyakarta pada 8-14 November 2009 dan membawa Indonesia meraih juara umum. Sementara itu, di ajang 3rd Wizards at Mathematics International Contest (Wizmic) pada 27 Oktober-November 2009 di India, Agasha berhasil meraih emas dan Indonesia meraih juara umum ( champion).
Pada Indonesia International Mathematics Competition (IIMC) untuk jenjang SMP di Bali pada 18-23 Juli 2011, Agasha berhasil mempersembahkan emas dan mengantarkan Indonesia menduduki peringkat ketiga dari 28 negara yang menjadi peserta.
Di Bulgaria International Mathematics Competition (BIMC) 2013 yang diikuti oleh sekitar 500 pelajar dari 29 negara peserta dari 4 benua yang diselenggarakan di Burgas, Bulgaria pada 1 -4 Juli 2013, Agasha menyumbang perunggu untuk tingkat SMP.
Pada Hardiknas 2010, Agasha termasuk salah satu dari empat siswa berprestasi, pemenang lomba internasional di bidang sains dan olahraga, yang mendapatkan anugerah tanda penghargaan Satyalancana Wira Karya.
Bersama rekan setimnya, yaitu Nicholas Steven Husada (SD Universal Jakarta Utara), Rezky Arizaputra (SD Al-Azhar 13 Rawamangun, Jakarta), dan Stanley Orlando (SD Santa Ursula, Jakarta), Agasha (SD Al-Azhar Pondok Labu, Jakarta Selatan berhasil meraih medali emas untuk kategori tim di ajang Po Leung Kuk 13th Primary Mathematics World Contest (PWMC) pada Juli 2010 di Hong Kong. Pada kompetisi yang sama pada kategori individu, Agasha berhasil meraih perak.
Cucu mantan presiden B.J. Hablble kelahiran Boston, 21 November 1997 ini sejak kecil memang menyenangi matematika.
"Saya suka matematika karena soal-soalnya menarik dan menantang."
Saat berhasil menjadi juara pada kompetisi matematika tingkat provinsi DKI Jakarta beberapa tahun silam, ternyata Agasha tidak mengikuti satu les tambahan pun.
"Sejak itu, kami sebagai orang tuanya merasa perlu memberikan pembinaan khusus agar kemampuan matematikanya lebih berkembang," papar Ashoya Ratam, ibunda Agasha.
Pada PWMC 2010, Agasha dan teman-temannya harus menyelesaikan 15 soal matematika untuk kategori tim dan 10 soal untuk kategori individu. Semua soal berbentuk uraian dan mereka akui sangat sulit.
Selama satu minggu menjelang perlombaan, tim Indonesia dikarantina dan dilatih dengan soal-soal lomba tahun sebelumnya. Pesan dari sang eyang memotivasinya.
"Saya disuruh Pak Habibie banyak membaca buku dan belajar dari buku," jelas Agasha.
Ditambahkan Ashoya, keikutsertaan Agasha pada lomba-lomba matematika internasional membuatnya lebih mandiri. Meski awalnya sempat merasa khawatir, ia sangat takjub dengan prestasi anak semata wayangnya itu.
Sebelum pencapaian Agasha di PMWC 2010 di Hong Kong, ia juga meraih medali emas dan exploration dalam 6th International Mathematics and Science Olympiad (IMSO) tingkat dasar di Yogyakarta pada 8-14 November 2009 dan membawa Indonesia meraih juara umum. Sementara itu, di ajang 3rd Wizards at Mathematics International Contest (Wizmic) pada 27 Oktober-November 2009 di India, Agasha berhasil meraih emas dan Indonesia meraih juara umum ( champion).
Pada Indonesia International Mathematics Competition (IIMC) untuk jenjang SMP di Bali pada 18-23 Juli 2011, Agasha berhasil mempersembahkan emas dan mengantarkan Indonesia menduduki peringkat ketiga dari 28 negara yang menjadi peserta.
Di Bulgaria International Mathematics Competition (BIMC) 2013 yang diikuti oleh sekitar 500 pelajar dari 29 negara peserta dari 4 benua yang diselenggarakan di Burgas, Bulgaria pada 1 -4 Juli 2013, Agasha menyumbang perunggu untuk tingkat SMP.
Pada Hardiknas 2010, Agasha termasuk salah satu dari empat siswa berprestasi, pemenang lomba internasional di bidang sains dan olahraga, yang mendapatkan anugerah tanda penghargaan Satyalancana Wira Karya.