Mbah Maridjan

Selamat Datang di Blog Materi IPA. Judul Postingan Kali ini tentang Mbah Maridjan. Semoga bermanfaat untuk dibaca.
Nama Mbah Maridjan mulai terkenal sejak tahun 2006 saat kejadian Gunung Merapi akan meletus. Saat itu gunung tersebut diperkirakan akan menumpahkan lahar panasnya dalam hitungan hari. Sebagai juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan tetap tenang dan menolak untuk mengungsi meskipun dibujuk langsung oleh Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X dan dijemput mobil evakuasi. Ketenangan dan kesetiannya menjaga Gunung Merapi membuat namanya makin dikenal masyarakat. Bahkan dipercaya menjadi bintang iklan pada salah satu produk minuman energi.

Keberaniannya ini juga memunculkan spekulasi bahwa lelaki tua ini sangat sakti, memiliki 'ilmu' sangat tinggi. Padahal, Mbah Maridjan hidup seperti kebanyakan warga Gunung Merapi, tinggal di rumah sederhana, dan sesekali mendaki Gunung Merapi. Namun Ia meminta warga menuruti imbauan pemerintah untuk mengungsi dan memohon keselamatan pada Tuhan agar tidak terjadi yang sesuatu yang tidak diinginkan jika Merapi benar-benar meletus.

Mbah Maridjan atau Mas Penewu Suraksohargo lahir pada 5 Februari 1927 di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman. Ia menikah dengan Ponirah yang memberinya 10 orang anak. Di antara anak-anaknya juga ada yang siap mewarisi tugas sebagai juru kunci Gunung Merapi dan kini telah menjadi abdi dalem Keraton Yogyakarta.

Mbah Maridjan diangkat menjadi abdi dalem Keraton Kesultanan Yogyakarta pada tahun 1970 dan mulai menjabat sebagai wakil juru kunci mendampingi ayahnya yang menjadi juru kunci Gunung Merapi. Ia kemudian dipercaya sebagai juru kunci sejak tahun 1982 setelah ayahnya wafat..Setiap gunung Merapi akan meletus, warga setempat selalu menunggu komando dari beliau untuk mengungsi.

Pada 26 Oktober 2010 Gunung Merapi meletus disertai awan panas setinggi 1,5 kilometer. Gulungan awan panas tersebut meluncur turun melewati kawasan tempat mbah Maridjan bermukim, membawa nyawa pria yang mengabdikan diri untuk menjaga Merapi itu. Jasad Mbah Maridjan ditemukan beberapa jam kemudian oleh tim SAR bersama dengan 16 orang lainnya telah meninggal dunia. Umumnya kondisi korban yang ditemukan mengalami luka bakar serius. Jenazah tersebut dikonfirmasi sebagai jenazah Mbah Maridjan pada tanggal 27 Oktober 2010