Ahmad Yani : Pahlawan Revolusi

Selamat Datang di Blog Materi IPA. Judul Postingan Kali ini tentang Ahmad Yani : Pahlawan Revolusi. Semoga bermanfaat untuk dibaca.
Malam menjelang pagi, tanggal 30 September 1965. Letnan Jenderal Ahmad Yani masih mengenakan pakaian tidurnya ketika berhadapan dengan beberapa orang dari pasukan Cakrabirawa dengan moncong senapan terarah kepadanya siap melesatkan peluru-peluru. Menurut salah seorang yang ditugaskan untuk'menjemputnya, Letnan Jenderal Ahmad Yani diminta segera dating menghadap Presiden Sukarno malam itu juga karena negara dalam keadaan gawat.

Letnan Jenderal Ahmad Yani menyanggupi permintaan ‘aneh’ itu dan ia berkeinginan untuk berganti baju. Namun para penculiknya mencegahnya. Merasa diperlakukan tidak layak oleh tentara yang notabene adalah anak-anak buahnya, Letnan Jenderal Ahmad Yani menampar salah seorang penculiknya. Balasan atas tamparannya adalah berondongan peluru para penculiknya yang seketika membuat Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) itu tersungkur dan menghembuskan nafas terakhirnya. la gugur sebagai kusuma bangsa dengan mempersembahkan jiwa raganya untuk lbu Pertiwi yang tercinta.


Ahmad Yani adalah profil prajurit sejati. Dilahirkan di daerah Jenar, Purworejo, Jawa Tengah, 19 Juni 1922. la hanya sempat mengenyam pendidikan hingga Kelas 2 AMS (Sekolah Menengah Atas) Bagian B untuk seterusnya berkiprah dalam dunia militer. Tercatat ia pernah mengikuti pendidikan pada Dinas Topografi Militer di Malang dan Bogor pada jaman pemerintah Kolonial Belanda. Ketika Jepang menduduki Indonesia, Ahmad Yani mengikuti pendidikan Heiho (Pembantu Prajurit Jepang) di Magelang. Bekal pelatihan militer Belanda dan Jepang itu sangat berguna baginya untuk melawan dan melucuti persenjataan Nakamura Butai setelah melakukan pertempuran 7 hari dl Magelang pada awal kemerdekaan Indonesia.

Ahmad Yani terus berkiprah dalam mlliter dan kariernya terus rnenanjak, la berperan aktif melawan dan memadamkan pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang melancarkan pemberontakannya di Madiun, 18 September 1948. Berselang sekitar 3 bulan kemudlan, Belanda melancarkan Agresi Militer II, 19 Desember 1948, Ahmad Yanl ditunjuk sebagai Komandan Wehrkreise untuk daerah Kedu, Wehrkreise adalah sistem pertahanan dengan taktlk perang gerilya yang dlterapkan TNI dan laskar rakyat setelah Belanda melancarkan Agresi pertamanya, 21 Juli 1947.

Ketlka berpangkat Kolonel, Ahmad Yani ditunijuk sebagai pemimpin Operasi 17 Agustus dengan tugas khusus mengamankan daerah Sumatera Barat, Jantung pusat pemberontakan, untuk memadamkan pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) pimpinan Syarifuddin Prawiranegara Tahun 1958.

Bakat dan kemampuannya yang menonjol dalam ketentaraan, membuatnya ditarik menjadi Staf Angkatan Darat, la mendapat tugas untuk belajar pada Command And General Staff College, Amerika Serikat. Tahun 1962 ia menyelesaikan pendidikan militernya tersebut. Ahmad Yani juga aktif dalam penumpasan pemberontakan Darul lslam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) pimpinan Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo di daerah Jawa Tengah yang sebelumnya mengumumkan berdirinya Negawa Islam Indonesia (NII) di Tasikmalaya, Jawa Barat, 1949, Keberhasilan-keberhasilan yang ditunjukkannya dalam mengemban tugas negara membuatnya kemudian diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).

Kondisi Politik Nasional pasca diberlakukannya Dekreit PResiden 5 Juli 1959 menyebabkan Indonesia Menjalankan konsepsi Demokrasi Terpimpin. Partai Komunis Indonesia (PKI) dapat tumbuh membesar setelah hancur berantakan dalam pemberontakannya yang gagal di Madiun tahun 1948. Dipa Nusantara Aidit membawa PKI menjadi partai komunis terbesar nomor 3 dunia, setelah Republik Rakyat Cina (RRC) dan Uni Sovyet. Dipa Nusantara Aidit tegas-tegas mendukung konsepsi Demokrasi Terpimpin. Kedekatannya dengan pusat pemerintahan (Presiden Sukarno) membuat PKI berani menuntut kepada Pemerintah untuk membentuk Angkatan ke-5 yang terdiri dari buruh dan tani untuk dipersenjatai. Letnan Jenderal Ahmad Yani yang dapat mencium maksud terselubung PKI itu dengan tegas menolak keinginan pembentukan Angkatan ke-5. Dengan demikian Kepala Staf Angkatan Darat itu telah nyata menunjukkan permusuhannya kepada PKI. Dan PKI perlu memasukkan nama Letnan Jenderal Ahmad Yani ke dalam daftar nama-nama orang yang harus 'dibereskan', sekalipun Ahmad Yani sering disebut 'anak emas' Presiden Sukarno. Kamis malam 30 September 1965, menjadi waktu yang ditetapkan untuk 'membereskan' Letnan Jenderal Ahmad Yani.

Pasukan 'penjemput' Letnan Jenderal Ahmad Yani telah memasuki rumah kediaman Kepala Staf Angkatan Darat itu. Berondongan peluru pasukan 'penjemput' menyebabkan wafatnya Letnan Jenderal Ahmad Yani di depan mata salah seorang anak Kepala Staf Angkatan Darat itu.

Seperti korban-korban penculikan lainnya, jasad Letnan Jenderal Ahmad Yani dimasukkan ke dalam sumur tua yang terletak di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur. Lima hari kemudian jasad Letnan Jenderal Ahmad Yani dimakamkan kembali di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, dengan upacara kebesaran militer, 5 Oktober 1965.


Pemerintah Indonesia mengangkat Ahmad Yani menjadi Pahlawan Revolusi pada tanggal 5 Oktober 1965 setelah sebelumnya menaikkan pangkatnya satu tingkat menjadi Jenderal Anumerta.