Abdul Rahman Saleh : Pejuang dan Ahli Faal Indonesia

Selamat Datang di Blog Materi IPA. Judul Postingan Kali ini tentang Abdul Rahman Saleh : Pejuang dan Ahli Faal Indonesia . Semoga bermanfaat untuk dibaca.
Profesi sesungguhnya adalah dokter. Bahkan ia terhitung dokter yang berhasil mengembangkan ilmu Faal di Indonesia hingga ia digelari sebagai Bapak Faal Indonesia. Namun selain sebagai dokter, ia tercatat pula sebagai tokoh kedirgantaraan Indonesia. Berkat didikannya telah lahir pemuda-pemuda Indonesia yang berkiprah dalam dunia kedirgantaraan Indonesia. Tokoh yang sangat banyak berjasa bagi Indonesia itu adalah Komodor Udara TNI Prof. Dr. Abdul Rahman Saleh.


Abdul Rahman Saleh dilahirkan di Jakarta pada tanggal 1 Juli 1909. Setamat dari MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), ia melanjutkan pendidikannya ke AMS Malang. Selanjutnya ia memasuki Sekolah Tinggi Kedokteran (Geneeskundige Hooge School) Surabaya hingga tarnat dan meraih gelar dokter. la sangat berjasa dalam mengembangkan ilmu faal (fisiologi) hingga Universitas Indonesia pada 1958 menetapkannya sebagai Bapak llmu Faal Indonesia.

Ketika masa pendudukan Jepang, Abdul Rahman Saleh membuat pemancar radio yang diberinya nama Siaran Radio Indonesia. la menyiarkan kondisi serta situasi Indonesia ke luar negeri. Berkat siarannya yang terpantau masyarakat internasional, mereka sedikit-banyak menge'tahui keadaan di Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka, Abdul Rahman Saleh diangkat menjadi Komandan Pangkalan Udara Madiun, Jawa Timur. Di kota Madiun itu pula ia mendirikan Sekolah Teknik Udara dan Sekolah Radio Udara. la membina para pemuda Indonesia untuk menguasai bidang kedirgantaraan. Selain itu Abdul Rahman Saleh juga mengajar di Sekolah Tinggi Kedokteran di Klaten, Jawa Tengah.

Pada tanggal 21 Juni 1947 Belanda secara tiba-tiba melancarkan serangannya terhadap Indonesia, Serangan ini dikenal dengan nama agresi I. Dunia internasional mengutuk keras tindakan Belanda yang membabi-buta agar kehendaknya menjajah kembali Indonesia menjadi kenyataan seperti dulu. Belanda seolah menutup mata pada kenyataan bahwa Indonesia adalah negeri yang telah merdeka setelah rakyat Indonesia (Sukarno-Hatta) mengumandangkan kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia. Dengan demikian agresi Belanda secara nyata menunjukkan penyerangannya terhadap negeri yang merdeka dan berdaulat.

Dunia internasional tidak hanya mengutuk serangan Belanda tersebut namun juga memberikan bantuan non-militer yang sangat diperlukan Indonesia. Palang Merah India dan Malaya menyediakan obat-obatan untuk Indonesia. Abdul Rahman Saleh, Adi Sucipto dan Adi Sumarmo terbang dengan pesawat terbang jenis Dakota (DC-3) dengan nomor registrast VT-CLA untuk membawa obat-obatan bantuan tersebut. Ketika pesawat pembawa obat-obatan itu hendak mendarat di Lapangan Terbang Maguwo, Yogyakarta, pesawat pemburu Belanda berhasil menembak pesawat Dakota VT-CLA tersebut hingga jatuh dan terbakar di daerah Ngoto, selatan Yogyakarta. Kejadian mengenaskan itu terjadi pada tanggal 29 Juli 1947.

Abdul Rahman Saleh gugur dalam peristiwa tersebut. Jenazahnya kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Pekuncen, Yogyakarta.

Pemerintah Indonesia mengangkat Komodor Udara TNI Prof. Dr. Abdulrahman Saleh sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1974. Namanya juga diabadikan untuk nama Lapangan Terbang di kota Malang, kota tempatnya menuntut ilmu di AMS dulu.